Suatu malam, muncul Sekretaris Desa yang mendekatiku. “Bapak KKN, saya memesan lagu ‘Send me the pillow’…”
Aku ternganga. “Send me the pillow?”
“Iya. Yang nadanya seperti ini… na…na…na…” balas si Sekdes bersenandung.
Rupanya, karena sering menyanyi lagu Barat, pak Sekdes menyangka kalau aku pakar dalam urusan lagu berbahasa Inggris. Dia pun meminta aku menyanyikan lagu itu. Sayang ada satu masalah ‘kecil’. Aku tidak hafal liriknya. Aku tentu saja pernah dengar lagu itu, namun lagu semacam itu tidak termasuk dalam daftar lagu Barat yang harus kuhafal liriknya.
Sempat muncul pikiran untuk menolak permintaan. Namun melihat tatapan mata pak sekdes yang penuh harap, aku tak tega untuk menolak permintaannya. Apalagi, di desa itu kami sudah terlanjur dianggap sebaga “bapak-bapak KKN yang tahu segalanya”. Kami diundang menjadi ‘guru tamu’ di SD Inpres. Teman yang Kristen menjadi Guru Sekolah Minggu dan yang Muslim terlibat dalam acara pengajian. Ada teman yang menjadi guru vokal dan pelatih vokal grup, ada yang menjadi pelatih grup Qasidah bahkan ada yang menjadi pelatih tinju!!!
Aku memutuskan menerima permintaan pak sekdes. Aku pun bernyanyi: Send me the pillow that you dream on (kebetulan hanya itu yang kuhafal). Dan kata-kata selanjutnya aku asal comot aja berwas-wis- wos mengikuti irama lagu. Aku gak tahu persis apa makna kata-kata yang secara acak kumasukkan ke dalam nyanyian. Yang pasti, begitu usai, pak sekdes bertepuk tangan kegirangan. Juga warga yang menyaksikan.
Sejak itu, setiap malam pak Sekdes memesan lagu, satu-satunya lagu: Send me the pillow. Dan aku dengan percaya diri bernyanyi, dengan lirik bahasa Inggris apa saja yang muncul di benak.
Suatu ketika, usai dengan sukses membawakan Send me the pillow, seorang teman KKN mendekatiku dan bilang,” Kamu pintar kumur ya?”
“Kumur?” balasku tak paham.
“Iya.Kumur. Kamu tadi menyanyi sambil kumur kan? Asal cuap?”
“Ah, bagaimana kamu tahu?” jawabku sedikit tersipu. Sejak malam pertama, rasa-rasanya tak ada yang curiga kalau aku asal comot aja.