Bahkan sampai pada waktu- waktu yang sebetulnya tak memungkinkan.
Sekitar sembilan tahun yang lalu, serangan jantung pertama dialaminya.
Bapak masuk ICU.
Kami masuk satu persatu ke dalam ruangan ICU untuk menengoknya. Lalu, di saat aku yang masuk, Bapak berkata padaku, “ D, nanti kalau dokter datang, tanyakan ya, boleh tidak Bapak berangkat ke Shanghai tiga minggu lagi. “
Oh.
Aku tercengang. Setengah prihatin, setengah menahan tawa.
Bapak ada di ICU saat itu, terkena serangan jantung, dan ingin pergi ke Shanghai tiga minggu lagi?
Aku bukan dokter. Tapi rasanya bahkan sebelum bertanya pada dokterpun, aku sudah akan tahu jawabnya. Tentu Bapak tak akan diijinkan pergi.
Aku tak menanyakan hal tersebut pada dokter. Tak ada diantara kami yang bertanya. Sebab kondisi Bapak tiba- tiba memburuk di sore dan malam harinya sampai ada di titik kritis.
Kami menanti dengan hati sangat cemas. Melantunkan doa- doa, memohon kesembuhannya.
Allah mengabulkan.