Obrolan tentang masalah dan (cara) penyelesaiannya...
DAPATKAH suatu masalah diselesaikan dengan (menganggap) bahwa yang lalu sudah berlalu, dan bahwa secara otomatis yang akan terjadi adalah memaafkan, dan/atau melupakan apa yang telah terjadi?
Ya, dan tidak.
Ya, dan itu mudah, jika halnya menyangkut hal- hal sepele yang tidak prinsipiil.
Tidak, jika halnya menyangkut nilai- nilai yang sangat mendasar, dan/ atau merupakan tindakan yang melanggar hak, tindakan yang berupa kekerasan dan penindasan, atau pelecehan.
Aku tentu saja sama sekali tak menentang sikap pemaaf dan memaafkan. Tapi menurut pendapatku, yang terpenting adalah bahwa saat kata maaf diucapkan, maka kata- kata dan hati sejalan.
Tak ada gunanya mengatakan sudah memaafkan atau melupakan sesuatu jika sebenarnya tak begitu yang ada di dalam hati.
Maka, menurutku, adalah berbahaya untuk mengambil kesimpulan di saat sebuah konflik timbul bahwa dengan sendirinya pihak- pihak yang berkonflik tersebut akan memaafkan pihak lain, dan/ atau melupakan apa yang terjadi.
***
Dalam tekanan sosial dimana kerukunan dipandang sebagai sesuatu yang positif, seseorang memang akan cenderung menghindari konflik dan mengontrol tindakan- tindakannya.
Tetapi tidak boleh dilupakan adalah bahwa apa tindakan seseorang bisa berbeda dengan apa yang ada di dalam hatinya.