“ Kodok biru itu beracun ya Bunda? “
Dee menutup buku yang sedang dibacanya.
“ Oh ya? Wah, Bunda tidak tahu itu. Siapa yang kasih tau Dipta? “
“ Kakak, “ jawab Pradipta.
Hmmm, Cintya, pikir Dee – ‘kakak’ yang dimaksud oleh Pradipta adalah Cintya, gadis remaja saudara sepupunya.
Kuti tersenyum lagi dalam hati. Cintya itu ‘anggota perkumpulan’ yang sama dengan Dee dan Pradipta. Hobbynya membaca, dan kalau dia mengatakan bahwa katak biru itu beracun, kemungkinan besar dia pernah membaca tentang hal tersebut.
Dugaan Kuti tepat karena pada saat itu terdengar lagi suara Pradipta, “ Kata kakak, hampir semua yang berwarna cerah itu beracun. “
“ Hampir semua? “ tanya Dee, “ Kakak kasih contoh tidak? “
“ Iya. Katanya, kodok, ular, jamur, kalau berwarna cerah kemungkinan besar beracun.”
Oh, begitu, pikir Dee. Dan dengan jahil dia berpikir, mungkin rumus ‘hampir semua yang berwarna cerah itu beracun’ dapat diterapkan juga pada warna pita para gadis remaja?
He he he, nanti akan ditanyakannya hal ini pada Kuti, jika Pradipta tak ada di dekat mereka, pikir Dee -- matanya berkilat nakal ketika dia teringat pada cinta pertama Kuti, seorang gadis yang suka berpita kuning, teman sekelasnya di SMP. 'Racun' dari pita kuning itu menembus hati Kuti, pikir Dee. Jadi rumus bahwa hampir semua yang berwarna cerah itu beracun juga berlaku pada pita, kan, pikirnya error.