Masih tentang anak- anak…
AKUtercengang. Suatu hari, seorang kawanku yang berprofesi sebagai guru menceritakan bahwa salah seorang muridnya yang sangat cerdas tidak diterima di SMA Negeri favorit di kota tempat tinggalnya sebab ‘salah menjawab’ saat sesi wawancara yang merupakan bagian dari rangkaian test masuk SMA tersebut.
Kasihan anak itu.
Sebab, menurut aku tak ada yang salah dengan jawabannya.
Memprihatinkan.
Ketika seorang anak menjawab pertanyaan dengan sesuatu yang ‘tidak standar’, maka jawaban itu akan dianggap salah, dan dia tidak lulus. Walau sebenarnya tak ada yang keliru dengan jawaban tersebut. Jawaban itu hanya unik dan tidak biasa.
Sayang sekali. Ada banyak saat ketika masa depan seorang anak sudah mulai dihambat di usia mudanya bahkan ketika dia masih bersekolah. Saat hendak masuk sekolah, atau ketika sudah menjadi murid di sekolah tersebut.
Seorang kawan  bahkan sampai mengambil sikap  'anti sekolah' sebab menurutnya sekolah seringkali menyetempel anak-anak dengan stigma macam-macam semata karena tidak  cocok dengan standar pintar versi sekolah tersebut. Padahal, sekolah yang baik itu kalau tidak bisa memperbaiki atau meningkatkan keberdayaan murid, paling tidak jangan menjatuhkan mentalnya.
Unfortunately, memang ada banyak contoh tentang urusan 'menjatuhkan mental' ini...
***
Suatu hari saat mengantarkan anakku ke sanggar lukis, ada sebuah lukisan yang belum kering terpajang di studio lukis tersebut.