Aku sendiri makin terdesak dan terjatuh bertumpu pada lututku.
Untuk bangun sajapun setelah terjatuh itu sebenarnya agak sulit karena begitu banyaknya orang.
Gelombang itu mendesak lagi.. dan lagi..
Sudahlah. Sebab gelombang itu makin mendesak, tak lagi kupikirkan apakah aku akan bisa mencium Hajar Azwad atau tidak. Aku rela jika aku sendiri tak bisa melakukan hal tersebut saat itu. Tak apa, pikirku. Jika bukan rejekiku untuk bisa menciumnya saat itu, tak apa.
Yang lebih kupikirkan saat itu adalah keselamatan putriku dan aku sendiri.
Kulihat putriku telah mundur menjauh dan berdiri di tempat yang aman.
Kutoleh sekali lagi Hajar Azwad yang masih berjarak beberapa langkah di depanku.
Entah mengapa, walau aku telah merelakan jika tak tercapai niatku untuk mencium Hajar Azwad, dan sebetulnya aku telah mulai bergeser tapi sebenarnya aku tak betul- betul menjauh dari situ.
Dan, begitulah...
Subhanallah…