Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Falsafah Catur dalam Perselingkuhan .... Eh...

10 Januari 2012   14:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:04 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13262050901745358561

[caption id="attachment_155104" align="aligncenter" width="318" caption="Catur. Foto: chess-theory.com"][/caption]

TULISAN ini terpaksa dibuat dua kali. Awalnya berjudul 'Falsafah Catur dalam Perselingkuhan'. Namun setelah dibaca kembali, ternyata isinya sangat menyeramkan, seperti menyajikan tips dan trik agar selingkuh aman. Akhirnya aku memutuskan untuk menulis kembali, dan isinya dirubah menjadi falsafah catur dalam pernikahan ( soalnya bisa-bisa aku di-PHK oleh Dee jika menulis trik tentang selingkuh di blog ini.... he..he...)

Oke, ini tentang permainan (atau olahraga) catur. Mungkin banyak teman perempuan yang tak terlalu memahami permainan ini, karena memang agak rumit. Namun sebagian besar laki-laki rasanya tahu atau bisa bermain catur (jadi jika Anda tak paham, bisa minta bantuan suami untuk menjelaskan... )

Dalam permainan catur ada tujuan utama, yakni mengalahkan raja lawan. Jika raja lawan kalah, kita menang. Jadi tujuan besarnya adalah bagaimana membuat raja lawan tak berkutik.

Dalam keluarga juga (seharusnya) ada rencana besar. Kenapa Anda menikah? Kenapa kita memutuskan untuk hidup bersama dengan si dia? Apakah supaya status kita jelas di masyarakat? Apakah agar bisa punya anak? Apakah supaya bisa ML secara legal? Ataukah ada sebab lain? Tujuan besar ini perlu dirumuskan dengan pasangan, agar langkah kita nantinya jelas. Dan fokus.

Untuk mengalahkan raja lawan, ada beberapa tahapan. Antara lain dengan memakan atau menghabiskan pasukan raja lawan. Dengan memakan bidak, gajah, kuda, benteng atau menteri. Ini bisa dilakukan secara bertahap, dengan perencanaan dan strategi.

Dalam keluarga juga demikian. Untuk mencapai tujuan besar, ada beberapa tahapan 'kecil' yang harus dihadapi. Ada beberapa rencana kecil yang harus dilalui. Misalnya, jika masih ngontrak, kapan kredit rumah? Jika belum punya anak, rencananya anak berapa? Apakah perlu kredit kendaraan? Apakah perlu asuransi untuk si kecil? Jika dia memasuki usia sekolah, apakah ada biayanya? Rencana kecil ini harus dipikirkan dengan matang dan tentunya disesuaikan dengan kemampuan.

Dalam catur, kita tak hanya memakan tapi juga dimakan. Kadang-kadang kita harus mengorbankan bidak atau perwira untuk mendapatkan keuntungan posisi dan jumlah.

Dalam keluarga, terkadang harus ada yang dikorbankan. Misalnya karena sibuk mencari uang, waktu bertemu dengan anak sangat kecil. Beberapa keluarga bahkan ada yang meninggalkan rumah saat anak-anak masih tidur dan kembali ke rumah di saat anak-anak juga sudah tidur. Terkadang pengorbanan harus dilakukan sang istri, yang karena ingin mencurahkan waktu untuk si kecil, terpaksa berhenti bekerja. Pengorbanan bisa dilakukan selama itu sejalan dengan tujuan besar di atas.

Tak selamanya dalam catur kita menang. Terkadang kita kalah. bahkan bisa kalah telak. Biasanya kekalahan terjadi karena kita salah mengatur strategi, atau tidak memeperhitungkan langkah lawan. Dalam catur kita diajar untuk memikirkan minimal tiga langkah ke depan.

Dalam keluarga, kita juga bisa kalah, terutama jika salah mengatur perencanaan. Pendapatan bisa tak sebanding dengan pengeluaran. Atau salah mendidik anak hingga dia terjerumus narkoba. Atau bisa saja karena intervesi orang lain, baik orang ketiga atau keempat. Biasanya perkawinan bubar jika salah satu pihak terlibat dengan orang lain.

Remis. Dalam catur ada yang namanya remis. Artinya Anda tidak menang. Juga tidak kalah.

Dalam keluarga, remis di sini berarti tujuan jangka panjang tidak tercapai, namun Anda tidak benar-benar rugi.

Dalam catur, idealnya kita menang. namun kalau toh terpaksa remis, ya tak apa-apa. Kita bisa mencoba bermain kembali.

Dalam keluarga (seperti juga halnya dalam kehidupan secara umum), sangat wajar kita tak mendapatkan apa yang diinginkan. Seperti bunyi salah satu lirik lagu the Rolling Stones: You can't always get what You want. Yang penting bagaimana menyikapi kegagalan. Dan yang paling utama, jangan sampai kalah. Jangan sampai perkawinan berakhir, hanya karena kita keliru berpikir dan salah melangkah.

Setuju?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun