Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengikuti Arus Tanpa Menjadi Hanyut

18 Desember 2011   09:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:06 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dee dan seorang kawan lama, kawan dari masa kecilnya dulu, saat itu sedang mempercakapkan betapa riuh rendahnya situasi di luar sana. Begitu banyak orang yang seperti kehilangan akal membabi buta melakukan hal- hal yang ‘aneh- aneh’, kelicikan, kecurangan, mengatakan hal- hal yang bahkan oleh logika paling sederhanapun tak dapat diterima dan tanpa malu- malu merevisi ucapannya tapi tidak tindakannya. Orang- orang yang tanpa ragu memamerkan hal- hal yang seharusnya tak dipamerkan di muka umum, melakukan hubungan- hubungan yang seharusnya dihindari…

Dan begitulah cara sang kawan mengomentari tentang bagaimana cara seseorang harus bersikap diantara beragam ‘kegilaan’ yang terjadi di sekitar.

“ Tapi, bagaimana caranya mengikuti arus tanpa ikut hanyut itu? “ tanya Dee.

Kawannya hanya tertawa saja. “ Kamu sebenarnya sudah tahu jawabnya, Dee, “ katanya. Lalu bagaimanapun Dee mendesaknya, dia tak lagi mau mengatakan apa- apa dan memilih untuk menggelitik dan bergurau dengan si kembar Nareswara dan Nareswari.

Menyebalkan, gerutu Dee dalam hati. Kawan yang satu ini memang selalu begitu. Mereka dulu bertetangga dimasa kecil, dan karena usianya yang beberapa tahun lebih tua dari Dee, kawan ini seringkali mengajarkan beragam hal tentang kehidupan pada Dee. Tapi, begitulah selalu caranya. Dia hanya mengatakan sedikit saja lalu membiarkan Dee berpikir dan menguraikan sendiri apa yang dikatakannya.

Entahlah apakah pengertian Dee benar atau tidak dalam hal ini, tapi dari apa yang dapat dia serap dari perkataan kawannya itu tapa ngeli adalah mengikuti aliran arus kehidupan yang telah ditetapkan oleh Yang Kuasa, mengikuti lekuk liku dan kelok sungai yang pada akhirnya akan mengarahkan manusia pada kebijaksanaan.

Dan pada akhirnya Dee menyimpulkan bahwa mengikuti arus tanpa menjadi hanyut hanya akan dapat terjadi jika seseorang berpijak dengan kuat ke dasar.

Dasar hati, bukan dasar sungai.

Sebab manusia pada dasarnya memang merdeka. Dan kemerdekaannya ini dapat digunakannya untuk membuat dirinya berdaulat, melakukan hal- hal yang akan meninggikan derajatnya, atau sebaliknya dapat juga digunakan untuk menjerumuskan dirinya pada keterpurukan, pada kehilangan kedaulatan pada diri sendiri -- sebab diperbudak oleh materi, sebab memilih untuk bergabung dengan kelompok yang berkuasa demi kepentingan tertentu walau dia sebenarnya tahu bahwa apa yang dilakukan kelompok tersebut sebenarnya menjajah hak orang lain di sekitarnya dan dalam jangka panjang tak akan membawa pada kebaikan, dan lain sebagainya...

***

Ah, pikir Dee, sebenarnya jika saja setiap manusia sebagai individu memiliki kesadaran untuk membangun dirinya sendiri untuk terus menerus mencapai keluhuran dan kehalusan budi, sebenarnya situasi masyarakat yang sakit akan dapat dihindari. Sebab masyarakat kan merupakan kumpulan dari individu- individu. Jika semua individu tersebut berbudi baik, tentu masyarakat yang baiklah yang akan terbentuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun