Walau cinta, jangan (terlalu) mendekat...
DEE menuliskan sebuah kalimat di laptopnya. Dia sedang membuat sambungan tulisan yang dibuatnya sebelum ini, "Kalau Marah, Jangan Menjauh !"...
Lucu juga ya, pikir Dee. Cinta koq tidak boleh mendekat. Tapi, memang itu yang dia maksudkan.
Beberapa hari yang lalu, Dee membuat tulisan yang terinspirasi dari kejadian yang tersebar luas di media on line dan banyak dibicarakan orang di media sosial beberapa waktu yang lalu. Yakni hilangnya seorang perempuan setelah menemui klien di sebuah mall.
Suaminya yang panik, menghubungi polisi dan menyebarkan beritanya di media yang riuh rendah memberitakan selama beberapa hari. Akhir cerita, perempuan yang dicari tersebut ditemukan di sebuah hotel. Dia ternyata tidak hilang atau diculik tapi memang sengaja menghilang. Konon, ada masalah antara dia dan suaminya yang membuatnya melakukan hal itu.
Komentar- komentar miring bertebaran. Menduga- duga apakah ada orang ketiga terlibat.
Dee sendiri mulanya tak berpikir sejauh itu, sampai secara tak sengaja dia melihat sebuah kalimat di twitter, dari salah seorang kawan perempuan tersebut yang awalnya juga memberitakan bahwa perempuan itu menghilang. Beberapa hari sebelumnya pemilik akun twitter itu meminta bantuan informasi atas kawannya -- perempuan tersebut -- yang menghilang.
Pemilik akun twitter itu kemudian kembali menulis beberapa kalimat di twitter setelah perempuan itu ditemukan. Isi kalimatnya kira- kira membahas tentang perbedaan hilang, menghilang dan sengaja menghilang, yang lalu diikuti dengan kalimat: teman saya itu ternyata menghilang dengan pacarnya.
Hmmmm...
Sebab ini temannya, maka tingkat akurasi beritanya tentu lebih tinggi dari semata dugaan para komentator yang tak mengenal langsung perempuan itu.
Ah.
Jadi begitukah ceritanya ?
***
Dee teringat pada sebuah lagu lawas yang dipopulerkan oleh Elvis Presley.
Wise men say only fools rush in
But I can't help falling in love with you
Shall I stay
Would it be a sin
If I can't help falling in love with you
Well... pikir Dee... jatuh cinta itu bukan dosa. Dan bisa saja benar, ada saat- saat dimana seseorang ada pada situasi "can't help falling in love with you".
Tapi, manusia diciptakan bukan hanya dengan rasa, namun juga logika. Dan rasa serta logika itu harus digunakan secara seimbang bersama- sama.
Jatuh cinta itu bukan dosa. Tapi jatuh cinta pada saat yang salah, pada waktu yang tidak tepat, tentu perlu dikendalikan.
Apalagi, jika jatuh cinta itu terjadi pada orang lain, saat seseorang telah berkeluarga.
Pernikahan merupakan suatu komitmen serius. Apalagi jika sudah ada anak- anak hadir sebagai buah dari pernikahan tersebut. Maka, seseorang yang telah menikah, lebih- lebih, harus bisa mengendalikan tindakannya.
Jika rasa (ternyata) bisa begitu saja menyelinap, sampai seseorang bisa ada dalam situasi "can't help falling in love with you", jika dada bisa berdebur lagi untuk orang yang lain, sebenarnya pasti ada alarm yang berbunyi dalam diri.
Dan alarm itu, seharusnya tidak diabaikan...
Jika ada masalah dengan pasangan, maka selesaikanlah masalah itu. Kalau masih ingin mempertahankan pernikahan, maka, jika sedang marah, jangan menjauh. Kemampuan untuk tetap saling mendekat, bergandeng tangan mencari solusi, itu yang dibutuhkan, sepanas apapun diri saat itu.
Lalu jika kepalang ada cinta lain masuk ke hati ?
Justru itu.
Logika harus tetap bisa mengendalikan.
Cinta yang lain, dalam hal ini merupakan cinta terlarang. Maka, jawabannya: walau cinta, jangan (terlalu) mendekat. Sebab ada urusan lain yang lebih penting yang harus diprioritaskan untuk dibereskan lebih dahulu, yakni keutuhan keluarga...
p.s. tulisan sebelumnya ada di http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/02/24/kalau-marah-jangan-menjauh--637452.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H