Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dendam Xerxes, Megawati dan... Jokowi?

17 Maret 2014   22:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:49 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan asumsi bahwa 'dendam' Megawati masih membara, bisa dipastikan bahwa tak akan ada kader Partai Demokrat (PD) yang dilirik menjadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi, terutama jika perolehan suara PD merosot tajam sehingga mereka tak bisa mengusung calon presiden.

Resminya nama Jokowi menjadi capres juga memunculkan cerita terkait Prabowo, yang merasa dikhianati. Lepas dari berbagai versi atau penafsiran, bisa diasumsikan bahwa Prabowo kini merasa 'sakit hati' dengan majunya Jokowi. Namun apakah sakit hati Prabowo akan berubah menjadi dendam membara? Entahlah...

Sejumlah masyarakat DKI Jakarta kini mungkin merasa kesal dan sakit hati dengan Jokowi yang dianggap 'mengingkari janji' karena bakal meninggalkan kursi gubernur untuk menuju RI 1. Sebagian masyarakat DKI itu mungkin akan dendam dan 'memboikot' Jokowi dalam pilpres nanti. Apakah  dendam sebagian warga DKI itu akan cukup signifikan untuk menghalangi langkah Jokowi menduduki kursi empuk presiden RI? Mungkin tidak.


Dendam itu racun

Dalam kehidupan sehari-hari, dendam menjadi bagian dari kehidupan. Seseorang yang disakiti, baik sengaja atau tidak, bisa mendendam seumur hidup. Saya mengenal seseorang--sebut saja namanya Ujang, yang semasa SMP tergolong anak nakal, dan selalu dihajar oleh guru olahraga yang sabuk hitam karate Dan III.

Bertahun kemudian, ketika Ujang sudah menjadi pemuda tinggi kekar, tanpa sengaja dia bertemu dengan guru olahraga yang sudah pensiun, dan uzur. "Kebetulan kita bertemu, pak guru. Sekarang aku sudah besar. Mari kita bertarung satu lawan satu..." Begitu ujar Ujang.

Terjadi perkelahian berat sebelah. Sang guru yang sudah tua tak mampu melawan anak muda yang dimabuk dendam. Sang guru nyaris tewas kalau saja tidak dilerai sejumlah masyarakat.

Sang guru itu sama sekali tidak menyangka, kalau upaya 'pendidikan' melalui tangan besi yang dilakukannya bertahun lalu ternyata membekas dan menimbulkan dendam berkepanjangan!!

Ujang tentu tidak sendiri. Ada banyak warga Indonesia yang kini dirasuk dendam. Mungkin karena cinta ditolak, dibully teman sekelas, dianggap remeh teman sekantor, diperlakukan semena-mena atasan, dicuekin tetangga yang arogan, dihina mertua yang tak punya perasaan, dan banyak lagi.

Sakit hati dan dendam itu wajar. Namun jika dendam dibiarkan berkepanjangan, itu akan menjadi racun. yang secara perlahan menggerogoti jiwa. Dendam yang mengakar akan membuat seseorang bertindak tidak rasional.

Mungkin itu sebabnya sehingga dulu ada ujar-ujar orang bijak yang mengatakan: jangan simpan amarahmu hingga matahari terbenam. Marah, sakit hati dan dendam itu wajar. Namun ada baiknya jika dendam itu hanya membara selama matahari bersinar. Begitu hari beranjak malam, lupakanlah. Maafkanlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun