Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dendam Xerxes, Megawati dan... Jokowi?

17 Maret 2014   22:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:49 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_315975" align="alignnone" width="640" caption="Xerxes (taletpal.com)"][/caption]

SEBERAPA besar dampak sebuah dendam? Film 300: Rise of an Empire mungkin bisa memberi penegasan. Bahwa dendam bisa mengakhiri, juga mengawali sebuah bangsa. Gara-gara ayahnya tewas dibunuh oleh orang Yunani, Xerxes yang awalnya pengecut berubah seratus delapan puluh derajat menjadi sosok yang bengis dan tak mengenal ampun.

Yang ada di benak Xerxes adalah membalas dendam. Dengan membunuh semua penduduk Yunani dan membungihanguskan negeri para dewa itu. "For glory’s sake, for vengeance’s sake, WAR!" Begitu ucapan Xerxes.

Dendam pula yang membuat Artemisia mengkhianati darah dan tanah kelahirannya. Ketika masih kecil, dia melihat bagaimana ayahnya dibunuh dan ibunya diperkosa oleh sesama orang Yunani. Dia kemudian dijadikan budak dan selama betahun-tahun diperkosa di sebuah kapal. Dalam kondisi sekarat, Artemisia dibuang. Nyawanya diselamatkan oleh seorang penduduk Persia yang kemudian mendidiknya beladiri.

Setelah dewasa, tekad Artemisia hanya satu: membalas dendam. Menghabisi semua orang Yunani hingga tak tersisa. Dia kemudian menjadi pemimpin armada laut Persia yang perkasa. Dengan kekuatan yang besar, Artemisia pun menjalankan aksi balas dendamnya. “Today we will dance across the backs of dead Greeks," begitu teriak Artemisia kepada anak buahnya.


Dendam itu manis

Dendam, memang menjadi topik paling menarik untuk diceritakan. Tak heran jika hampir semua film silat produksi Hongkong selalu berbicara tentang balas dendam. Plotnya sederhana. Seorang anak kecil menyaksikan ayahnya, atau gurunya tewas. Si anak lalu mengembara, mempelajari berbagai ilmu, dan akhirnya membalas dendam. Film berakhir dengan pertarungan antara si anak dengan sang musuh bebuyutan.

Kisah silat Darah di Wilwatikta yang digarap penghuni Rumah Kayu pada dasarnya juga berkisah tentang dendam. Dhanapati, anggota Bhayangkara Biru, kelompok elit Majapahit bentukan Mahapatih Gajah Mada melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana istri dan anaknya dibunuh oleh... rekan-rekannya sesama anggota Bhayangkara Biru. Dhanapati pun menghabiskan waktunya untuk berusaha membalas dendam. Suatu hal yang tidak mudah karena kepandaian beladiri rekan-rekannya pada dasarnya berada dalam tingkat yang sama dengannya. Dia kemudian terlibat dalam kisah yang rumit dengan berbagai pihak, terutama pendekar perempuan (cersil bersambung Darah di Wilwatikta kini memasuki masa 'hiatus' karena kedua penghuni Rumah Kayu masih (sok) sibuk, hehehe)


Dendam dan politik Indonesia

Dendam tak hanya konsumsi fiksi. Dalam politik Indonesia, dendam juga menjadi bagian yang menarik. Megawati Soekarnoputri, konon, pernah (atau masih?) merasa dendam pada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Penyebabnya, SBY dianggap sebagai pengkhianat. Sebagai menteri koordinator, SBY tiba-tiba mencalonkan diri sebagai presiden dan kemudian... mengalahkan Megawati!!

Itulah sebabnya, dalam sejumlah pertemuan, adegan jabat tangan antara Megawati dengan SBY tetap menjadi berita besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun