Si bungsu, kini bersekolah di tempat dimana dia tak harus membawa banyak buku ke sekolah sebab bahan referensinya ada di sekolah. Baik dalam bentuk buku maupun CD. Lembaran kerja juga disediakan sekolah. Begitu pula dengan alat tulis. Tapi kewajiban memasukkan apa- apa yang prelu dibawa ke sekolah sendiri tetap berlaku. Baju olah raga, bekal minum dan snack serta makan siang, dia harus masukkan sendiri ke tas dan sepulang sekolah, juga dikeluarkannya sendiri dari tas, disimpan di dapur dan di tempat baju kotor untuk dicuci.
Tidak membandingkan.
Selain kebiasaan mandiri, ada hal yang juga aku dan suamiku terapkan dalam membesarkan anak- anak.
Yakni: tidak membanding- bandingkan.
Tidak dengan anak- anak lain, tidak dengan saudara- saudaranya, tidak juga dengan kami orang tuanya.
Jika ingin mendorong mereka untuk maju, maka yang kami lihat adalah apa yang telah mereka capai dan apa yang bisa mereka raih dengan lebih baik dari apa yang dicapai itu. Intinya, semua disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan masing- masing anak.
Tak mengharuskan anak menjadi juara
Kami juga tak penah merasa perlu repot- repot mendorong anak- anak untuk menjadi juara.
Sebab menjadi juara, menurut kami adalah hasil dari sebuah proses. Jalankan saja prosesnya dengan benar, nanti hasilnya akan terlihat juga.
Ada satu hal yang perlu disadari dengan kata 'juara', yakni: siapa pesaingnya.
Anak- anakku sejak kecil bersekolah di sekolah dimana persaingan cukup ketat. Selisih nilai raport tiap anak ada di belakang koma. Maka jika hanya peringkat yang jadi ukuran, kasihan sekali anak- anak itu. Selisih nol koma satu saja peringkat bisa bergeser.