[caption id="attachment_322223" align="aligncenter" width="501" caption="Gunung Iide. Dok. pribadi"][/caption]
Ini cerita dari Kitakata, sebuah daerah di Fukushima, Honshu bagian Utara, Jepang.
NAMA Kitakata diperoleh dari letak geografisnya. Kita berarti Utara, sementara Kata sendiri artinya 'arah'.
Kota ini menjadi salah satu dari tiga kota yang dikunjungi serombongan mahasiswa dari Indonesia saat tergabung dalam program pertukaran pemuda ke Jepang belum lama ini, dimana putriku merupakan salah satu dari para mahasiswa di rombongan tersebut.
Program pertukaran pemuda yang diikuti putriku merupakan inisiatif pemerintah Jepang yang berlandaskan keinginan untuk membuat jaringan untuk membentuk solidaritas yang kuat di Asia melalui pertukaran pemuda berskala besar.
Ada tiga kota yang mereka kunjungi untuk program tersebut, yakni Tokyo, Sendai dan Kitakata.
Pertama kali tiba, mereka mendarat di Tokyo untuk kemudian pada hari berikutnya menggunakan kereta Shinkansen yang terkenal itu berangkat ke Sendai.
Dari Sendai, dengan bus mereka berangkat ke Kitakata.
Di Kitakata, ada acara resmi kunjugan ke balaikota. Disana, dilakukan presentasi mengenai perencaraan tata kota dengan luas 554, 67 kilometer persegi dan memiliki jumlah penduduk sekitar 51 ribu orang itu. Saat kunjungan, untuk memperkenalkan budaya Indonesia pada penduduk Jepang, seluruh peserta dari Indonesia datang ke balaikota dengan berbaju batik.
[caption id="attachment_322216" align="aligncenter" width="467" caption="Berganti sandal saat masuk ruangan dengan lantai kayu. Dok. pribadi"]
Yang menarik, sebab lantai ruangan dimana presentasi dilakukan menggunakan lantai kayu, para mahasiswa diminta mengganti sepatu yang mereka gunakan dengan sandal yang tersedia saat masuk ke ruangan tersebut.
Di Kitakata ini, para mahasiswa dari Indonesia diperkenalkan budaya lokal Jepang, dan untuk itu selama beberapa hari mereka tinggal di rumah penduduk setempat. Putriku bersama tiga mahasiswi lain tinggal di rumah seorang ibu berusia enam puluh tahunan.
[caption id="attachment_322236" align="aligncenter" width="467" caption="Dok. pribadi"]
Diluar acara ke Balaikota yang diatur oleh panitia, acara lain merupakan acara bebas dimana para mahasiswa ini diajak berjalan- jalan berkeliling kota Kitakata oleh sang induk semang dan seorang kawannya, bapak- bapak berkebangsaan Jepang. Tentu saja, sepanjang jalan ada banyak hal unik yang tertangkap mata. Origami yang tergantung di dinding ini, misalnya.
[caption id="attachment_322234" align="aligncenter" width="312" caption="Dok. pribadi"]
Serta bunga- bunga musim semi.
[caption id="attachment_322232" align="aligncenter" width="501" caption="Sakura. Dok. pribadi"]
Bunga sakura masih bermekaran dimana- mana ketika putriku tiba di Jepang. Juga tulip. Bunga tulip yang terkenal sebagai bunga dari Belanda ini memang bisa tumbuh dengan baik di Jepang.
[caption id="attachment_322212" align="aligncenter" width="467" caption="Mawar rambat dan tulip di pojok jalan. Dok. pribadi"]
Dalam foto yang dibuat putriku, tampak bunga- bunga tulip beragam warna tumbuh dengan cantik, termasuk di lahan- lahan yang tak terlalu luas di pojokan jalan.
[caption id="attachment_322219" align="aligncenter" width="467" caption="Tulip di pojok jalan. Dok. pribadi"]
Saat mereka berkeliling di seputaran kota, anakku dan ketiga kawannya juga diajak mampir melihat sebuah rumah kayu bergaya Jepang yang sedang dibangun.
[caption id="attachment_322220" align="aligncenter" width="467" caption="Dok. pribadi"]
Tampak ada buntalan berisi jerami terdapat disana. Buntalan serupa ini yang dalam rumah tradisional Jepang ditaruh di bawah lantai kayu berguna untuk membantu penyesuaian suhu.
[caption id="attachment_322222" align="aligncenter" width="467" caption="Bantal jerami. Dok. pribadi"]
Lalu, apalagi?
" Ada salju, Bu, " kata anakku.
Lho, salju? Ini kan musim semi di Jepang?
[caption id="attachment_322224" align="aligncenter" width="467" caption="Dok. pribadi"]
Tapi begitulah rupanya. Ada gunung bernama Iide disana. Gunung Iide yang tingginya 2.105 meter ini merupakan bagian dari pegunungan yang meliputi daerah Fukushima, Niigata dan Yamagata.
Gunung Iide merupakan salah satu pemandangan yang sudah tertangkap mata dari kejauhan saat putriku dan rombongannya memasuki kota Kitakata. Maka itulah, saat hendak diajak berjalan- jalan, putriku dan ketiga temannya meminta agar salah satu tempat yang dikunjungi adalah gunung Iide ini.
[caption id="attachment_322226" align="aligncenter" width="467" caption="Dok. pribadi"]
Tujuan utamanya tentu saja, seperti mimpi banyak orang lain yang tinggal di negara tropis adalah ingin melihat salju. Sebab walau saat ini telah memasuki musim semi, puncak gunung ini masih tersaput salju.
[caption id="attachment_322225" align="aligncenter" width="414" caption="Dok. pribadi"]
Putriku mengagumi kebiasaan orang Jepang yang sangat tepat dalam menghitung waktu. " Kita tanya, berapa lama bisa sampai kesana, " cerita putriku. " Dijawab, dua puluh menit. Aku pikir, dua puluh menit kira- kira sampai ke dekat sana, atau di kaki gunungnya, eh, ternyata enggak lho Bu, dua puluh menit itu tepat saat kita sampai ke tempat dimana ada saljunya ! "
Luar biasa memang ya, ketepatan waktu ala Jepang ini.
***
Ada banyak cerita di Kitakata.
Suatu sore, misalnya, saat mereka berada di Kitakata, putriku dan teman- temannya dipinjami kimono dan sandal kayu oleh sang ibu pemilik rumah.
[caption id="attachment_322228" align="aligncenter" width="467" caption="Kawan anakku dalam balutan kimono di dekat rumah tempat mereka tinggal di Kitakata. Dok.pribadi"]
Lalu sore itu mereka berjalan- jalan di sekitar rumah tempat tinggal mereka dengan menggunakan kimono serta sandal kayu tersebut diantara bunga sakura yang bermekaran. Juga pohon- pohon bambu yang biasa ditanam di sekitar rumah di Jepang dan tanah yang tertutup banyak kelopak bunga mungil, guguran dari pohon sakura.
[caption id="attachment_322233" align="aligncenter" width="407" caption="Dok. pribadi"]
Putriku yang rupanya mengagumi keindahan bunga- bunga mungil itu membuat foto selfie dirinya dalam balutan kimono dan menggunakan sandal Jepang ketika berjalan- jalan diantara guguran bunga yang menghampar menutupi tanah itu.
[caption id="attachment_322231" align="aligncenter" width="521" caption="Foto selfie, berjalan- jalan di atas tanah yang tertutup hamparan kelopak bunga. Dok. pribadi"]
Aku senang dan bersyukur sekali bahwa putriku memperoleh kesempatan semacam ini. Aku yakin, pengalaman selama mengikuti program pertukaran pemuda di Jepang akan dengan sangat baik membuka wawasan dan mempengaruhi cara pandangnya serta kemampuannya untuk bergaul dan bersahabat serta membangun jaringan diantara orang- orang yang berbeda bangsa.
[caption id="attachment_322238" align="aligncenter" width="467" caption="Murid sekolah di Kitakata. Dok. pribadi"]
Semoga hal itu kelak akan membawa banyak kebaikan bagi tanah air ini, bagi negara yang dikunjungi dan pada skala yang lebih luas, bagi dunia.
[caption id="attachment_322235" align="aligncenter" width="467" caption="Dok. pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H