Masa kampanye menjelang Pemilihan Presiden akan segera berakhir.
DEE sungguh gembira.
Di depan televisi saat sedang menonton putaran terakhir debat para calon presiden, dibagikannya rasa gembira itu pada sang suami.
“ Hari ini hari terakhir kampanye, ya? “ komentar Dee.
Kuti mengangguk. “ Ya, “ jawabnya, “ Kenapa ? “
“Akhirnya, “ kata Dee, “ Hiruk pikuk ini berakhir juga. “
Kuti tertawa.
Dia tahu, Dee agak merasa terganggu selama masa kampanye pemilihan presiden ini. Menurut Dee, apa yang terjadi sungguh sudah berlebihan.
‘Perang’ kata- kata di facebook, twitter, beragam artikel di blog, alih- alih membuat Dee tertarik, malah membuat dia akhirnya memutuskan untuk tak membuka beragam media sosial itu untuk beberapa waktu belakangan ini.
Tidak facebook, tidak twitter, tidak pula blog dia kunjungi.
Jika ingin tahu berita, Dee membaca koran. Itupun secukupnya saja.
Dee tidak berniat golput. Dia akan memilih. Dan dia juga bukan swing voter. Sejak tahu siapa yang akhirnya terdaftar menjadi calon presiden dan wakil presiden, dia sudah menentukan pilihan.
“ Kedua calon presiden itu type-nya beda, “ komentar Dee suatu ketika, “ Dan dengan beragam kemudahan untuk mengakses informasi yang ada saat ini, mudah untuk melihat rekam jejak keduanya. Maka seharusnya tak sulit pula menentukan pilihan sesuai selera, atau kata hati. “
Kuti mengangguk ketika itu, menyepakati apa yang dikatakan istrinya.
“ Maka aku heran, “ kata Dee, “ Mengapa begitu banyak hiruk pikuk yang terjadi. Bahkan sampai begitu banyak kampanye hitam, caci maki, fitnah yang terjadi, dimana- mana termasuk media sosial. Buat apa sih ? “
Kuti tersenyum, “ Iya Dee, “ katanya, “ Pendapatku serupa. “
***
[caption id="attachment_332166" align="aligncenter" width="302" caption="Gambar: pemilihan.info"][/caption]
Debat masih berlangsung. Dee dan Kuti menonton dengan asyik. Di saat jeda, Dee mengajak Kuti mengobrol, melanjutkan pembicaraan tentang masa kampanye.
“ Kalau kampanye ini berakhir, aku akan bisa merasa aman lagi di jalan, “ kata Dee.
Kuti tersenyum lebar.
Dia tahu apa yang dimaksud oleh Dee.
Bukan semata apa yang terjadi di media sosial saja yang membuat Dee merasa tidak nyaman, tapi pernah juga pada suatu hari mereka sekeluarga pergi ke pusat kota sebab ada sesuatu yang perlu dibeli, tanpa menyadari bahwa pada hari itu ada jadwal kampanye salah satu calon presiden.
Dan Kuti bukan tak paham bahwa Dee sungguh merasa cemas ketika mereka masuk ke sebuah jalan protokol dimana ternyata begitu banyak bus pendukung salah satu calon presiden yang hendak menuju tempat kampanye memenuhi jalan tersebut.
Mobil mereka terjepit diantara begitu banyak bus tersebut. Tak mungkin berputar, sebab jalan itu satu arah.
Kecemasan Dee muncul melihat perilaku para penumpang bus. Banyak diantara mereka yang berdiri di pintu bus lalu mengetuk- ngetuk jendela kaca mobil yang melintas lalu memberi kode meminta rokokpada orang di balik kemudi mobil yang kacanya diketuk.
Saat melihat mobil di depan mereka diketuk- ketuk kacanya serupa itu, selain kehilangan simpati, Dee juga cemas. Dia berpikir, bagaimana jika kaca mobil mereka diketuk- ketuk serupa itu lalu Kuti yang memang tak merokok tak bisa memberikan rokok yang diminta? Akankah mereka marah lalu merusak?
Dee sungguh merasa terkepung dan terjebak di tengah banyak orang yang dimatanya berperilaku menakutkan.
Bukan hanya minta rokok, tapi para penumpang bus itu juga seenaknya keluar masuk bus, lalu mencabuti bendera- bendera calon presiden yang terpasang di pagar sisi jalan. Dee memperhatikan bahwa yang mereka ambil memang bendera calon presiden yang mereka dukung,mungkin untuk dikibarkan di arena kampanye nanti. Tapi melihat begitu banyak orang turun naik bus dan lalu lalang di tengah jalan membuat rasa aman dan nyaman Dee merosot tajam.
Itu masih belum cukup sebab para peserta kampanye itu juga menutup jalan dan menyeberangi jalan seenaknya, di tempat yang seharusnya mereka tak menyeberang. Juga, sebab mereka lalu berkumpul di jalan, mereka mengalihkan mobil-mobil pribadi ke jalur yang seharusnya tak dilalui mobil pribadi dan sebetulnya juga dibatasi dengan tanggul.
Sebab tak ada cara lain, Kuti saat itu mengalihkan mobil ke jalur yang ditunjukkan dan menyebrangi tanggul. Membuat Dee lagi- lagi merasa tak nyaman.
Semua pengalaman itu sungguh tak menyenangkan bagi Dee, maka dia benar- benar gembira bahwa masa kampanye ini akan segera berakhir. Sungguh !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H