Mereka bahkan menunjukkan benda-benda berupa perhiasan yang tampak seperti berlian dan mengatakan pada asisten rumah tanggaku bahwa jika dia mau, uang, kalung dan antingnya akan diganti dengan perhiasan serupa itu. Tapi asisten rumah tanggaku itu menolak. Dia mengatakan jika mengembalikan, kembalikan dalam bentuk yang sama yakni uang sejumlah yang sama, kalung, dan anting.
Begitulah. Jadi, tak ada kekerasan atau todongan senjata yang dilakukan. Semua dilakukan dengan pembicaraan dan mulut manis. Dan si mbak asisten rumah tanggaku itu memberikan begitu saja semua yang dimilikinya. Baik tabungan uang gaji maupun uang THR yang kuberikan menjelang kepulangannya, juga kalung dan antingnya.
Dan setelah semua barang berharganya diserahkan, dia sendiri diturunkan di tengah jalan.
Prihatin, betul.
***
Kutuliskan cerita ini, sebagai peringatan. Agar semua waspada. Di musim mudik begini, ada- ada saja yang terjadi.
Barangkali, jika bisa, walaupun ini di luar kebiasaan sebab setahuku mereka memang terbiasa dengan uang tunai, untuk para asisten rumah tangga yang hendak mudik, bisa juga dibujuk untuk tak membawa uang tunai dan uang miliknya dikirimkan saja melalui weselpos ketika mereka telah sampai di kota asalnya.
Weselpos masa kini cepat sampainya dan tak rumit pengurusannya. Beberapa kali ketika mereka memiliki keperluan mengirimkan sesuatu pada keluarga di kota asalnya, kami membantu mengirimkan uang melalui kantor pos dengan wesel itu. Ada metode di mana saat mengirimkan uang, oleh kantor pos kami diberi semacam PIN. Lalu nomor telepon genggam si penerima dicatatkan di kantor pos.
Pada saat itu juga, setelah transaksi di kantor pos tempat kami mengirim uang selesai, uang bisa diambil di tempat tujuan. Si penerima tinggal datang ke kantor pos, membawa KTP, telepon genggam yang nomornya didaftarkan sebelumnya, dan informasi nomor PIN (yang akan ditanyakan oleh petugas kantor pos di kantor tujuan padanya). Jika semua cocok, uang langsung diberikan.
Aku agak menyesal, mengapa cara pengiriman melalui weselpos ini tak kutawarkan pada asisten rumah tangga yang hendak pulang kemarin itu. Tak tepikir, mulanya. Tapi, semua sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur.
Mari waspada. Semoga kita semua dilindungi dan diberi keselamatan selama musim mudik lebaran ini.