Saat bicara begitu, jelas tampak kerinduan pada Tanah Suci tergambar dari kata- katanya.
Ibu sepuh seusia ibuku ini seorang pensiunan yang telah berhaji beberapa tahun yang lalu dan beliau ini berusaha menabung agar selang dua tahun sekali bisa berangkat umroh ke Tanah Suci.
Selalu rindu untuk kembali kesana, katanya.
Maka begitulah. Tahun ini beliau tidak berangkat umrah, dan sementara ini masih berusaha menabung agar tahun depan bisa berangkat lagi untuk berumrah ke Tanah Suci. Tapi kerinduan itu, selalu muncul meletup- letup dalam hati. Kerinduan yang lalu salah satunya diwujudkan dengan memberikan sebuah gamis padaku untuk dipakai di Tanah Suci nanti, untuk 'mewakili' kehadiran dirinya.
***
[caption id="attachment_339540" align="aligncenter" width="478" caption="Tenda- tenda di Mina. Sumber: Wikipedia"]

Selain gamis itu, kuterima juga kebaikan- kebaikan hati berupa nasihat, pesan- pesan dari teman- teman yang berbagi pengalaman berhajinya padaku.
Salah satu pesan yang kuterima adalah ini: sedia kantong kresek saat berangkat haji nanti.
Kantong itu, menurut pesan yang kuterima, akan berguna untuk beberapa hal, terutama pada prosesi haji dimana kami berada di tenda- tenda di Mina dan di Arafah,
Rangkaian perjalanan kami nanti akan melibatkan beberapa tempat. Bagi rombonganku, perjalanan akan dimulai dengan mendarat di Madinah, ziarah di kota ini, dan melewatkan waktu beberapa hari untuk beribadah di Masjid Nabawi, masjid yang didirikan oleh Nabi Muhammad dan mengunjungi beberapa tempat bersejarah di sekitar Madinah.
Kemudian setelah itu, kami akan meninggalkan Madinah menuju Mekah untuk melakukan umrah. Miqat ( batas ) dimana kami akan membaca niat umrah nanti adalah Bir Ali.