Alarm itu berbunyi, dan aku menjadi prihatin dan gemas karena secara umum dan luas kampanye tersebut akan mempengaruhi banyak perempuan, baik yang sudah menikah ataupun belum menikah. Baik yang dewasa atau gadis remaja. Dan sejujurnya, menurutku, ada bagian dari kampanye itu yang mengabaikan logika serta perasaan perempuan.
Seperti misalnya sering dikatakan bahwa ada satu pintu surga yang khusus disediakan bagi istri yang ikhlas dipoligami.
Secara bergurau, jika mendengar hal ini, aku menjawab begini, " Kalau gitu, aku nanti masuk lewat pintu surga yang lain aja deh. "
Kadang- kadang, kalau sudah gemas sekali, kutambahkan kalimat itu dengan, " Pintu yang diceritain itu khusus buat istri- istri yang bersedia mengijinkan suaminya menikah lagi ya? Artinya, dia akan masuk ke situ sendirian, nggak bareng suaminya ? "
Kalimat nyeleneh itu biasanya kusambung lagi begini, " Terus kalau suaminya misalnya masuk surga juga, berarti suaminya akan masuk lewat pintu lain? Sama siapa masuknya? Jangan- jangan istri pertama yang saleh itu masuk surga lewat pintu khusus tersebut, lalu suaminya masuk lewat pintu lain, barengan masuknya sama istri kedua ? Waduh ! "
Jawabanku, kalimat yang sering kukatakan sambil nyengir- nyengir nggak jelas itu, memang rada ngawur. Tapi itu mencerminkan pikiranku. Sebab menurutku, jika urusan poligami itu lalu direduksi faham mendasarnya, didangkalkan semata untuk menjustifikasi dan melegalkan keinginan (sebagian) lelaki untuk menikah lagi, kemudian beban dan tekanannya diberikan pada istri pertama, jawaban yang bisa diberikan memang cuma jawaban 'semaunya' yang diberikan sambil nyengir- nyengir nggak jelas seperti yang kukatakan itu.
Enak aja, suami nikah lagi koq tekanan dan bebannya diberikan pada istri pertama.
Ya benar, menurutku itu tekanan. Dengan bicara bahwa perempuan saleh adalah perempuan yang mengijinkan suami menikah lagi, jika dipandang hitam putih, perempuan yang tak bersedia dimadu, tak mau ada poligami terjadi dalam hidup pernikahannya, itu tidak saleh.
Dengan mengatakan ada pintu surga khusus untuk perempuan yang mengijinkan suaminya menikah lagi, perempuan lalu 'dilepas sendiri'. Dipaksa untuk bersedia sakit hati, agar masuk surga. Nah lho. Terus suaminya kemana? Bukankan ada kewajiban suami untuk menjaga kebaikan dalam rumah tangganya, membimbing istri dan anak- anaknya, agar masuk surga bersama- sama?
Iya, bersama- sama.
Bukan istri pertama dibiarkan mencari jalannya sendiri yang penuh darah dan air mata lalu suami masuk surga gandengan dengan istri kedua, misalnya. He he he.