Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Cara Mengantisipasi dan Menyiasati Banjir

30 November 2014   18:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:27 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_379319" align="aligncenter" width="624" caption=" Ilustrasi - Sejumlah warga melintasi Jalan Raya Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang terendam banjir, Jumat (19/4/2013) (KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)"][/caption]

Hujan turun. Kericik air terdengar di luar jendela.

DEE agak gelisah. Dia menyukai hujan, sebetulnya. Dia senang melihat tetes air turun satu-satu. Dia menyukai wangi tanah basah yang khas. Dan hujan ditemani secangkir teh atau coklat panas sungguh nikmat.

Tapi...

Dia baru saja mendapat kabar, rumah saudaranya, Prameswari, kebanjiran.

Maka hujan kali ini tak terlalu bisa dinikmatinya.

Rumah Prameswari dan Wirya, suaminya, sedang direnovasi. Maka untuk sementara mereka mengontrak di rumah lain, di kompleks perumahan yang sama. Hanya saja, rumah yang mereka kontrak ini terletak di bagian lahan yang agak rendah di kompleks perumahan mereka yang memang kontur tanahnya berbukit-bukit.

Maka, tak seperti rumah mereka sendiri yang selama ini aman dan bebas banjir, lokasi rumah yang dikontrak Prameswari dan Widya ini memang agak rawan banjir.

Prameswari dan Wirya menyadari hal itu sejak awal, tentang lokasi rumah kontrakan mereka yang ada kalanya terkena banjir itu. Tapi mereka tetap memutuskan untuk mengontrak rumah tersebut. Lokasi yang dekat dengan rumah mereka sendiri yang sedang direnovasi, menjadi alasan utama. Dengan memilih mengontrak di lokasi di dekat rumah, pengawasan renovasi rumah mereka akan menjadi lebih mudah dibandingkan jika mereka memilih mengontrak rumah di lokasi yang lebih jauh.

Satu blok di sekitar rumah yang dikontrak Prameswari dan Wirya itu sering terkena banjir walau area lain di kompleks yang sama aman-aman saja. Tempatnya memang merupakan cekungan, dan konon, tempat itu aslinya tanah basah yang kemudian diurug. Berbeda dengan lokasi rumah Prameswari dan Wirya sendiri yang memang tanah padat dan letaknya tinggi, bahkan lebih tinggi dari jalan di muka rumah mereka.

Walau Dee agak gelisah, apa yang dikatakan Prameswari saat menghubungi Dee melalui telepon tadi agak menghibur hatinya. Kata Prameswari, mereka baik-baik saja. Mereka sudah tahu sejak awal bahwa ada kemungkinan rumah yang mereka kontrak itu akan terkena banjir maka Prameswari sekeluarga sudah melakukan antisipasi sebelumnya...

***

[caption id="attachment_357003" align="aligncenter" width="427" caption="Gambar: eofdreams.com"]

1417338038751441287
1417338038751441287
[/caption]

"Jadi, mereka tidak apa-apa, Dee? " tanya Kuti pada istrinya, sesaat setelah mendengar berita bahwa rumah Prameswari kebanjiran.

"Katanya sih begitu," jawab Dee, "Ini tadi katanya air yang masuk ke rumah sekitar sepuluh senti. Tapi jalan di depan rumah tergenang parah, jadi mereka tidak bisa ke mana-mana. Tapi katanya mereka sudah bersiap-siap, jadi  mereka aman."

Kuti mengangguk. Dia pernah mengobrol dengan Wirya yang memang mengatakan bahwa lokasi rumah yang mereka kontrak itu ada kalanya terkena banjir. Maka Wirya memastikan bahwa rumah yang mereka kontrak merupakan rumah bertingkat dua.

"Siap-siap, kalau banjir, bisa mengungsi ke lantai atas," kata Wirya.

Mereka juga sejak awal tak menaruh banyak barang di lantai bawah.

Dan...

"Mereka sudah menyiapkan stock makanan dan minuman, kan?" kata Kuti.

Dee mengangguk. Prameswari dan Wirya memfungsikan satu kamar di tingkat dua rumah kontrakan mereka sebagai gudang, yang mereka isi dengan beberapa macam perlengkapan yang dibutuhkan jika ternyata banjir terjadi.

Dee pernah masuk ke dalam kamar yang disulap menjadi gudang itu.

Ada bergalon-galon air minuman di sana. Cukup untuk persediaan sebulan, kata Prameswari kepada Dee ketika itu.

Dee paham, air bersih memang merupakan kebutuhan utama. Sebab konon, manusia hanya bisa bertahan selama tiga menit tanpa udara, hanya bisa bertahan tiga hari tanpa air dan hanya bisa bertahan tiga minggu tanpa makanan. Maka persediaan air menjadi prioritas utama.

Prameswari dan Wirya juga menyimpan stock beras dan bahan makanan kering yang bisa awet tanpa harus disimpan di lemari pendingin. Secara berkala, Prameswari akan mengganti stok beras tersebut, memastikan bahwa stok yang ada di gudang tidak kadaluwarsa. Demikian juga, dia memperhatikan batas kadaluwarsa makanan kering yang disimpannya di situ.

Juga obat- obatan. Di satu sudut, ada lemari kecil di mana obat-obatan penyakit-penyakit ringan seperti flu, diare, obat penurun panas dan multivitamin disimpan. Juga ada stok pembalut di sana.

"Mereka juga punya kompor dan alat penerang di lantai dua," jawab Dee.

Kuti mengangguk lagi. Dia tahu, ada kompor dan gas persediaan di ruangan yang dijadikan gudang di rumah Prameswari dan Wirya. Juga, beberapa buah emergency lamp yang siap dinyalakan saat mati lampu. Mereka juga memiliki persediaan lilin yang cukup.

"Tadi kata Prameswari, baterai handphone mereka juga masih penuh. Mereka punya baterai cadangan, dan power bank," lanjut Dee.

"Syukurlah," kata Kuti. "Besok kita coba tengok mereka jika jalan ke sana sudah bisa diakses. Tapi paling sedikit, kelihatannya mereka sudah mengantisipasi banjir ini jadi situasi saat ini terkendali."

"Iya," kata Dee, "Dan tahu nggak... Prameswari pernah cerita bahwa mereka satu RT yang bertentangga pernah pada suatu hari melakukan simulasi banjir. Katanya, ada satu hari di akhir minggu di mana mereka berpura-pura keadaan sedang banjir dan pada hari itu semua keluarga yang rumahnya bertingkat mengungsi ke lantai dua, mencoba memasak di sana, menyantap makanan kaleng, menyalakan lampu emergency sebagai penerangan. Dengan simulasi ini mereka tak lagi akan kaget jika suatu saat banjir betulan terjadi."

Hmmm. Bagus juga, pikir Kuti.

Banjir memang situasi yang tak menyenangkan untuk dihadapi. Jika bisa, sebaiknya orang memang menghindari tinggal di tempat yang sering terkena bencana banjir. Namun ada kalanya situasi tak memungkinkan untuk pindah. Atau seperti Prameswari dan Wirya, situasi justru mengharuskan mereka pindah sementara ke lokasi rawan banjir.

Jika pindah ke lokasi lain bukan pilihan yang bisa dilakukan, maka yang perlu adalah melakukan persiapan yang cukup agar ketika bencana banjir tiba, kepanikan tak perlu terjadi. Keluarga yang kebanjiran bahkan mungkin tak perlu mengungsi serta tidak harus mengandalkan hidup pada belas kasihan dan sumbangan pihak lain, sebab sudah memiliki lokasi ‘pengungsian’ di lantai dua rumah mereka sendiri dengan makanan dan minuman serta fasilitas penunjang kehidupan yang memungkinkan keluarga bertahan saat banjir melanda...

p.s. Tulisan terkait: Demo BBM vs Berpikir Kreatif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun