14 Februari...
SETELAH berhari- hari hujan mengguyur deras, pagi di rumah kayu hari ini dibuka dengan cuaca yang cerah.
Mereka semua libur hari ini. Kuti, Dee, ada di rumah. Begitu juga Pradipta dan kedua adiknya, sebab mereka bersekolah lima hari saja dalam seminggu.
Dee menyiapkan coklat hangat untuk mereka semua di pagi itu. Dan beberapa tangkup roti untuk sarapan. Dengan senang hati, dinikmatinya kegembiraan berkumpul berasma keluarga seperti itu.
Ini hari Valentine.
Tidak ada yang berubah dalam kegiatan keseharian keluarga mereka. Tidak ada acara istimewa. Dan mungkin memang tak perlu.
Dee tak lagi merasa membutuhkan hadiah apapun. Dia sudah selalu menganggap suami dan anak- anaknya sebagai hadiah besar yang disyukuri dalam setiap helaan nafasnya.
Dia mencintai mereka, setiap saat, setiap detik. Dia tahu mereka semua juga mencintainya.
Tak lagi perlu perayaan hari Valentine, jika itu menyangkut keluarganya. Sebab, setiap hari adalah hari kasih sayang baginya.
Namun...
Tak pelak Dee menggeleng- gelengkan kepala melihat betapa repot dan riuh rendahnya reaksi terhadap perayaan Hari Valentine. Sampai beberapa kepala daerah, lembaga, sekolah dan entah apa lagi sibuk mengeluarkan instruksi untuk tak merayakan Hari Valentine.