Berkolaborasi musikal dengan Ane Matahari dan kelompok Sastra Kalimalang-nya, malam itu Sutardji tampil dengan toneyang dinamis lewat dialog lirik-lirik lagu lawas lintas bahasa dari Inggris, Melayu Riau, sampai Spanyol yang dinyanyikan bersama-sama menghantar bait-bait puisi yang dibacanya dalam ritme intonasi terjaga sambil duduk bersandar atau dengan punggung tegak, sesekali berdiri, bahkan menari sebelum duduk kembali di panggung yang ditata minimalis namun impresif itu.
Sutardji bahkan sesekali berseloroh mengundang tawa pemirsanya. Dia juga meniup harmonika untuk intro pengingat nada lagu yang digumamkannya dan kemudian disambut oleh Ane dengan petikan gitar selaras diikuti oleh tiga instrumen lain yang dimainkan rekan-rekannya.
………………………………………………………………………………………………………
tanah air kita satu
 bangsa kita satu
 bahasa kita satu
 bendera kita satu !
 Tapi wahai saudara satu bendera kenapa sementara jalan jalan
 mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan
 tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah
 yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang
 di antara kita ?
………………………………………………………………………………………………………………….
(Petikan puisi Jembatan /Sutardji Calzoum Bachri, 1991)
Agenda tersebut merupakan bagian dari upaya memperluas wawasan seputar  budaya-kebahasaan dan eksplorasinya yang diharapkan pula nantinya akan mendorong tumbuhnya kultur berbahasa santun penuh makna di antara para pengguna bahasa Indonesia. Sebuah kontribusi jangka panjang untuk kebudayaan dan peradaban luhur beretika. Sebuah proses belajar sepanjang hayat masih dikandung badan.
walau penyair besar
takkan sampai sebatas allah
dulu pernah kuminta tuhan