Tahun 1994 mas Hari lulus kuliah, dengan IPK 3,8. Setelahnya dia mendapatkan pekerjaan yang baik dan bahkan juga beasiswa studi lanjut dari kantornya. Kehidupan keluarga telah membaik, namun tidak berhenti sampai disini. Mas Hari sekarang juga berperan dalam persiapan pendidikan adik-adiknya. Tidak hanya berupa nasihat, namun juga materi. Tidak lain ini adalah buah perencanaan orangtua kami. Ibu sering berpesan ke mas Hari saat dia masih mahasiswa, “Bapak dan Ibu telah habis-habisan untuk pendidikanmu. Janganlah lupakan adik-adikmu yang masih kecil-kecil.” Walaupun memang Bapak yang perannya dominan, posisi Ibu tidak kalah pentingnya. Ibu yang mendidik kami untuk selalu jujur, sederhana, dan bekerja keras. Pendek kata, kami amat beruntung punya Bapak dan Ibu yang amat luar biasa dalam menyiapkan masa depan anak-anaknya. Derajat keluarga otomatis terangkat. Saat ini mas Hari menjadi seorang senior engineer di salah satu pembangkit listrik terbesar di Indonesia, mbak Eni menjadi kontraktor yang berhasil di Medan, sedangkan saya adalah dosen di ITB.
Itulah sekilas cerita tentang usaha orangtua kami dalam merencanakan pendidikan tinggi bagi anak-anaknya, yang semoga dapat diambil hikmahnya. Hingga saat ini, pendidikan tinggi masih merupakan barang mewah di Indonesia. Menurut BPS, hanya sepuluh persen dari angkatan kerja kita yang pernah mengenyam bangku universitas. Tentu ini memprihatinkan, karena pendidikan yang berkualitas adalah modal untuk memanfaatkan kekuatan anak bangsa dengan optimal. Tanpa pendidikan yang baik, kualitas SDM sebagai agen utama pembangunan tidak bisa diharapkan.
Faktor biaya tidak selalu jadi alasan yang menghambat kuliah. Kadang seseorang tidak melanjutkan pendidikannya karena orangtuanya belum sadar akan pentingnya kuliah. Kadang juga mereka tidak melakukan perencanaan yang baik bagi persiapan masa depan anaknya. Untuk itu, usaha-usaha untuk menyebarkan arti penting pendidikan harus selalu kita lakukan. Tanpa pendidikan, Indonesia merana. Dengan pendidikan, Indonesia jaya.
Groningen, Agustus 2016
https://twitter.com/rullytricahyono
https://www.facebook.com/rullytricahyono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H