Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Golkar-PAN Bergabung ke Prabowo Atas Restu Jokowi?

18 Agustus 2023   18:53 Diperbarui: 18 Agustus 2023   19:02 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ada 2 alasan Jokowi ikut mendukung Prabowo di Pilpres 2024.  Yang pertama adalah demi masa depan politik pribadi Jokowi dan masa depan politik keluarganya.  Dan yang kedua juga demi kepentingan PDIP juga.

Gibran, Bobby dan lainnya sudah mulai berkiprah di dunia politik. Sementara mereka adalah kader PDIP yang saat ini merupakan Partai Terkuat di negeri ini.  Tapi untuk ke depannya, andaikata Megawati sudah aktif lagi, penulis memprediksi bahwa PDIP tidak akan sekuat sekarang ini.  Ketokohan Megawati tidak mungkin tergantikan  oleh Puan Maharani maupun kader yang lainnya. PDIP akan kehilangan tokoh sentral sehingga akan mungkin terjadi pertikaian antar faksi-faksi yang ujung-ujungnya membuat Partai ini melemah kekuatan politiknya. Jokowi pun mungkin memikirkan seperti itu.

Gibran, Bobby dan Jokowi sendiri tidak mungkin bergantung 100% pada PDIP untuk ke depannya. Jadi membiarkan Prabowo menjadi kuat di Pilpres 2024 akan berimbas positif ke masa depan politik Jokowi dan keluarganya.

Sementara pada pertimbangan lainnya, Jokowi mendukung Prabowo itu demi kepentingan PDIP juga. Logika Politiknya berangkat dari pertarungan politik PDIP di Pilgub DKI 2017.  Saat itu Ahok sebagai Cagub PDIP memiliki Elektabilitas tertinggi tapi akhirnya Ahok berhasil dipecundangi Anies Baswedan.

Seperti yang sudah penulis analisakan pada tulisan-tulisan sebelumnya, bahwa jika terjadi 3 poros politik dimana ada 3 Capres (Ganjar, Prabowo dan Anies), tetapi Elektabilitas Prabowo hanya seadanya (tidak "didongkrak") oleh kekuatan politik yang ada, maka kemungkinan besar kejadian di Pilgub DKI 2017 akan berulang.

Pada saat Pilgub DKI 2017, sejak awal penulis sudah memprediksi kemenangan Anies Baswedan karena tahu bahwa Ahok sebagai  Inkumben hanya punya Elektabilitas sekitar 40%.  Itu artinya sekitar 60% konstituen tidak akan memilih Ahok.  Itu artinya juga massa pendukung Anies dan AHY saat itu adalah massa yang beririsan.

Terbukti akhirnya Ahok yang menang di Putaran Pertama akhirnya malah kalah karena ternyata 100% suara pendukung AHY berpindah ke Anies Baswedan.

Lalu bagaimana dengan Pilpres 2024?

Setahun terakhir ini dalam pemantauan penulis terlihat kecendrungan Elektabilitas Ganjar selalu stagnan di angka 35%. Kalau untuk Prabowo Elektabilitasnya sempat menurun dalam setahun terakhir dan agak naik dalam 2 bulan terakhir.  Tapi untuk Anies Baswedan penulis membacanya memiliki kecendrungan stabil naik sedikit demi sedikit.

Kondisi ini seharusnya menjadi Warning bagi PDIP.  Drama pertarungan Politik di Pilgub DKI 2017 sangat mungkin bisa terulang di Pilpres 2024. Mengapa,  karena massa Prabowo dan massa Anies sebenarnya beririsan dan bisa diprediksi  jumlahnya sekitar 60% dari total suara.

Diatas kertas menurut penulis, siapapun diantara Prabowo dan Anies yang berhasil maju ke putaran kedua Pilpres 2024 akan mampu mengkandaskan Ganjar. Ini poin krusialnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun