BANDINGKAN SELISIH ELEKTABILITAS ANTAR CAPRES DI PILPRES 2014 DENGAN PILPRES 2019
Kalau kita lihat selisih angka elektabilitas antara Jokowi dan Prabowo pada Pilpres 2014 berdasarkan hasil survei 3 lembaga survei: Â LSI 6,3%, Indobarometer 5,4% dan Poltraking 7,4%.
Semuanya tidak ada yang berselisih angka hingga 10%. Tapi kondisi yang jauh berbeda ketika kita memperhatikan hasil survei dari berbagai lembaga survei untuk Pilpres 2019 ini.
Lihatlah selisih elektabilitasnya yang jauh-jauh angkanya. Litbang Kompas 11,8%, LSI Denny 27%, SMRC 25% dan Cyrus 19%. Â Semuanya di atas 10% untuk selisih elektabilitas antara Jokowi dan Prabowo. Ini merupakan sebuah anomali menurut saya.
Saya menduga ada lembaga-lembaga survei yang tidak melakukan survei dengan benar. Saya menebak kesalahannya berada pada 3 poin yaitu: Â Pertama, proporsional responden dipakai tidak mencakup wilayah yang terwakili. Kedua, jumlah respondennya terlalu sedikit, dan ketiga petugas yang ditugaskan untuk survei ada yang kurang teliti/kurang cakap.
Kita semua tidak tahu hasil nantinya akan tetapi saya sangat yakin siapapun pemenang Pilpres 2019 selisih perolehan suaranya tidak akan melebihi 10%.
AMANKAH UNTUK JOKOWI BILA ELEKTABILITASNYA DI BAWAH 50%?
Banyak lembaga survei yang ada menyebut angka elektabiltas 50% untuk petahana adalah angka psikologis. Logika sederhananya adalah bila angka elektabilitas Petahana mencapai 50% bisa diasumsikan petahana sudah memiliki modal suara sekitar minimal sebesar  47%.
Petahana hanya butuh melakukan kampanye secukupnya ataupun melakukan sedikit manuver untuk meraih 5% tambahan suara yang akan memastikan kemenangannya.
Jadi secara sepintas kalau menyebut elektabilitas petahana berada di angka 50% itu artinya posisi petahana cukup aman.
Sebaliknya bila elektabilitas petahana jauh di bawah 50% maka dipastikan posisinya belum aman. Contohnya  Pilgub DKI 2017. Angka elektabilitas Ahok waktu itu hanya dikisaran 40-43%.
Itu artinya sekitar 60% Pemilih belum tertarik untuk memilih Ahok sebagai Gubernur DKI 2017. Dan hasilnya kita sudah mengetahuinya. Ahok sebagai petahana mengalami kekalahan.
Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah: apakah angka Elektabilitas di bawah 50% untuk petahana itu memang tidak aman sama sekali?