PERBEDAAN ANTARA JOKOWI DENGAN SBY
Bukannya ingin mendewakan SBY tetapi fakta memang mengatakan selama pemerintahannya SBY mampu melakukan Keseimbangan secara konsisten. Prestasi SBY secara fisik mungkin kalah jauh dari Jokowi tetapi untuk stabilitas Politik dan Keamanan SBY lebih hebat (menurut saya). Begitu juga dengan Pertumbuhan Ekonomi terutama.
Berbeda dengan Pilpres 2004 yang waktu itu Megawati sebagai Petahana, pada Pilpres 2009 ketika SBY jadi Petahana ada pendapat yang mengatakan: SBY Dipasangkan Dengan Sendal Jepit saja Pasti Menang. Pendapat itu memang terbukti dan SBY menang telak di Pilpres 2009.
Itulah bukti keberhasilan SBY menjaga Personal Branding selama Periode Pertama Pemerintahannya. Tetapi akhirnya pada Periode Kedua Pemerintahannya pun berubah. Yang terkenal dari SBY adalah Politik Pencitraan. SBY dikritik dimana-mana bahkan sampai dibully. Saya sendiri termasuk Pengkritik keras SBY pada tahun 2012-2014. (Bisa dilihat di artikel-artikel saya pada tahun-tahun tersebut).
Untuk Jokowi sendiri atau tepatnya menjelang Pilpres 2019 ini hanya sedikit orang yang sangat yakin Jokowi pasti menang. Mungkin tahun lalu (2017) masih banyak orang yang cukup yakin Jokowi pasti menang. Tapi tidak untuk bulan-bulan terakhir ini.
Siapa yang paling bertanggung jawab dengan kondisi seperti ini, tentulah partai-partai pendukungnya. Merekalah yang selama 4 tahun ini mendapatkan keuntungan materil, keuntungan strategis dan lainnya tetapi kelihatannya mereka tidak perduli dengan untuk itu. Tidak terlihat mereka untuk tetap menjaga Personal Branding dari Presiden yang ada.
 Ketika Lembaga-lembaga survey tidak mampu memberikan kepastian Trend Elektabilitas dari Capres-Cawapres maka seharusnya Polling menjadi data yang harus dipertimbangkan.Â
Survey Elektabilitas kalau memang dilakukan dengan cara yang baik dan benar secara maksimal bisa membuat hasil yang sangat akurat. Melesetnya hanya dibawah 2% dari Hasil Pilpres yang dikeluarkan KPU. Itu sudah terbukti di Pilpres 2014.
Sayangnya secara pribadi saat ini saya kurang mempercayai Hasil Survey yang ada karena faktanya 2 tahun terakhir (seperti dalam artikel sebelumnya) banyak lembaga survey yang meleset sampai 20%.
Sementara untuk Metode Polling sendiri, sepengamatan saya selama ini, Akurasi dari hasil sebuah Polling menyimpang dalam batas toleransi 5%. Dengan catatan polling tersebut dilakukan dengan cara yang baik dan benar.
Berikut saya sertakan Hasil Polling yang saya dapat di beberapa media. Ada beberapa polling yang tidak saya ambil sebagai data bukan karena pembuat polling tidak kredible tapi ada factor lainnya. Contoh, Polling yang dilakukan ILC TV One.