Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fenomena HUT TNI, Gatot Nurmantyo dan Jokowi yang Selalu Membingungkan

6 Oktober 2017   06:30 Diperbarui: 6 Oktober 2017   08:51 2458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dirgahayu TNI ke 72. Semoga semakin professional , mampu menempatkan dirinya pada posisinya, semoga selalu dekat dengan rakyat dan selalu siaga dan setia untuk membela negara.

Dalam tulisan ini saya tidak ingin membahas keramaian upacara TNI kemarin ataupun membahas hebatnya aksi-aksi Prajurit  TNI. Semua orang sudah tahu seberapa hebatnya TNI maupun seberapa ramainya perayaan HUT TNI.  Saya hanya ingin membahas sisi lain dari HUT TNI.  

PERTANYAANNYA : MENGAPA KALAU HUT TNI PASTI RAMAI TAPI KALAU HUT POLRI SEPI?

Peringatan Ulang Tahun TNI setiap tahun yang dipusatkan dimana saja pasti selalu ramai. Antusias ribuan warga yang  ingin melihat dari dekat bagaimana pasukan TNI berbaris dan mempertunjukan atraksi baru selalu menarik minat masyarakat.

Begitu juga para penonton TV.  Mereka menunggu  tayangan-tayangan di stasiun-stasiun TV tentang pelaksanaan peringatan HUT TNI tersebut.

Di media-media social begitu banyak netizen yang mengucapkan Selamat Ulang Tahun TNI. Mereka juga mengganti  Foto Profile mereka dengan Bingkai Dirgahayu TNI dan lainnya.

Semua itu membuktikan satu hal bahwa TNI memang disayang rakyat.  TNI memang dibanggakan oleh masyarakat luas Indonesia. Dan itu sudah terjadi sejak puluhan tahun hingga kini. Tidak berubah sedikitpun.

Makanya kalau ada netizen-netizen tertentu yang terkesan benci pada TNI  dan menumpahkannya  di media  social maka saya akan mengomentari postingan/ status mereka  dengan 2 kata : Situ Waras?Hehehe.

TNI yang selama ini menjaga Kedaulatan negeri ini kok bisa dibenci? TNI yang menjadi tulang punggung negara dalam memperoleh kemerdekaannya kok bisa sampai dibenci?   Masalahnya dimana?

Tapi saya tidak heran bila yang membenci  TNI itu berasal dari LSM-LSM yang dibiayai negara-negara tertentu.  Sudah sejak dulu beberapa LSM itu selalu mendiskreditkan TNI.  Banyak berita buruk di luar negeri soal TNI kita ya gara-gara mereka juga.

TNI kita pernah salah. Itu memang fakta.  Zaman DOM Aceh dan DOM Papua memang terjadi hal-hal yang diluar kendali. Saat itu zaman Orba sehingga memang mungkin jalannya seperti itu.  Tetapi setelah Reformasi bergulir, setelah TNI jauh terpisah dari Kekuasaan maka yang seperti itu tidak terjadi lagi.  TNI sudah berubah jauh sejak reformasi bergulir. 

Sayangnya LSM-LSM itu seolah-olah masih menyimpan kebencian yang dalam pada TNI.  Mereka juga terkesan membenci  Jendral-Jendral TNI sekarang yang sebenarnya tidak terkait dengan Orba. Saya pikir LSM-LSM itu memang menjalankan maneuver politik dari Penyandang Dana  mereka.  Biarlah mereka begitu yang penting tidak memprovokasi masyarakat luas saja.

Oh ya kembali ke sub judul diatas. Berbeda sekali kondisinya, mengapa kalau yang berulang tahun Polri herannya masyarakat kita sepertinya cuek-cuek saja. Jarang sekali (setahu saya) masyarakat datang berbondong-bondong untuk melihat Peringatan Upacara HUT Polri.

Di media-media social, para netizen juga jarang sekali yang mengucapkan Selamat Ulang Tahun Polri. Di Facebook saya, rasanya hanya mereka yang saya tahu keluarga Polri saja yang menulis status ucapan selamat ulang tahun.

Berbeda kalau TNI yang berulang tahun, netizen dari kalangan manapun banyak sekali yang mengucapkan Selamat Ulang Tahun pada TNI.

Dan itu hanya berarti  1 hal bahwa : TNI memang dekat dengan Rakyat sementara Polri tidak dekat dengan Rakyat.  Mengapa begitu?  Bukankan malah Polri yang setiap hari bersinggungan dengan masalah rakyat? Bukankah Polri  yang punya Slogan Mengayomi Rakyat?

Saya tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Mungkin Polri sendiri yang bisa menjawabnya. Mengapa Polri tidak dicintai rakyat yang ada, tentu ada sesuatu yang salah.  Dan itu adalah urusan Polri untuk mengevaluasinya.

Seharusnya Polri sebagai Adik Kandung TNI lazimnya akan dicintai rakyat juga. Seharusnya Polri sebagai Institusi yang setiap hari berhubungan dengan Rakyat seharusnya dicintai rakyat. Kalau itu terjadi sebaliknya tentu ada banyak hal yang harus diperbaiki.

JOKOWI YANG SELALU MEMBINGUNGKAN ORANG

Presiden kita yang satu ini sering sekali membuat kejutan dan melakukan aksi-aksi yang membingungkan orang.  Sulit sekali menebak isi kepala Jokowi dan apa maksudnya ketika dirinya melakukan aksi-aksi yang tidak umum.

Jokowi  sebagai  seorang Presiden  sampai  Berjalan Kaki menuju Lokasi Upacara HUT RI.

Saya tertawa keras ketika membaca 1-2 status Facebook yang menyimpulkan Jokowi  melakukan Pencitraan saja dengan berjalan kaki sepanjang 2 Km menuju Lokasi Upacara HUT TNI.  Tentu saja bukan seperti itu. Mereka tidak mengenal Jokowi atau mungkin mereka memang sudah dari sononya benci Jokowi sehingga begitu mudah menyimpulkan hal yang buruk.

Kalau saya secara pribadi melihat pemandangan seperti itu ya analisanya biasa saja.  Biasa dalam arti saya mengenal karakter Jokowi dan merasa memang dia akan melakukan hal yang seperti itu secara refleks.  Gayanya memang begitu.

Dalam Agenda Upacara HUT TNI, Jokowi selaku Presiden memang bertugas sebagai Inspektur Upacara.  Jokowi orangnya On Time.  Dan pada saat menuju lokasi Upacara, 4 Km menjelang lokasi Jalan Raya Macet Total. Ribuan orang bergerak menuju lokasi Upacara sehingga menyebabkan kemacetan total.

Dengan kondisi itu memang kalau ingin On Time tidak ada jalan lain selain Berjalan Kaki.  Mau memanggil Helikopterpun akan sangat merepotkan karena akses lokasi  dan lainnya butuh waktu.  Yang seperti itu tidak akan terpikirkan Jokowi.  Refleks dia bekerja dan langsung memutuskan untuk jalan kaki.  Dia berjalan kaki  dan akhirnya para pembantunya (sambil dongkol) ikut keringatan menuju lokasi Upacara.

Jokowi dalam kondisi seperti itu memang tidak pernah berpikir dirinya seorang Presiden.  Memang itulah gaya Jokowi sejak dulu. Mungkin membingungkan bagi banyak orang tetapi tidak untuk saya.

Lalu Bagaimana dengan hubungan antara Jokowi dengan Gatot Nurmantyo selaku Panglima TNI? Apakah Jokowi punya rencana Memecat Gatot Nurmantyo?

Kalau melihat berita-berita di media-media nasional sepertinya paska Polemik Pemutaran film G30S/PKI dan polemic  Senjata Militer telah membuat posisi Gatot Nurmantyo menjadi tersudutkan.  Para pendukung Jokowi berbondong-bondong menyalahkan Gatot Nurmantyo.  Para pejabat juga terkesan cari muka pada Jokowi dan menyalahkan Gatot.  Bahkan banyak analisa yang menyebut umur jabatan Gatot Nurmantyo sudah hitungan hari.

Saya pikir mungkin tidak seperti itu.  Pikiran Jokowi itu sulit ditebak, apalagi di analisa oleh Pengamat  Poltik abal-abal. Hehehe.

Ketika "orang-orang Pemerintah" (dibaca para pejabat tinggi yang sedang berkuasa dan dekat dengan Presiden) tidak setuju dengan Pemutaran Film G30S/PKI seperti yang diintruksikan Gatot Nurmantyo kepada para Prajurit TNI, yang terjadi pada Jokowi malah sebaliknya.  Jokowi hadir dan nonton bareng film tersebut dengan para Prajurit TNI.

Mengapa bisa begitu?  Apakah Jokowi takut dengan TNI?  Apakah Jokowi takut dengan Gatot Nurmantyo?

Saya yakin tidak seperti itu.  Kejadian Jokowi  nonton bareng Prajurit TNI mengikuti saran Gatot Nurmantyo adalah Ilmu  Canggih Jokowi dalam Berkomunikasi.  Saya yakin Jokowi sebenarnya tidak suka Film itu (karena versi Soeharto mungkin).  Tetapi karena TNI (lewat Panglima TNI) sudah mengambil sikap Waspada terhadap Isu  Ideologi PKI akan bangkit maka Jokowi harus mendukungnya.

Prinsipnya bukan  Filmnya yang disetujui Jokowi tetapi niat TNI untuk mewaspadai potensi bangkitnya Ideologi PKI. Bagaimanapun juga sejarah  negeri ini sudah mencatat berkali-kali PKI masuk menerobos  internal TNI dan memecah  kekuatan TNI sehingga Gatot Nurmantyo berupaya mencegahnya.

Kejadian seperti ini pernah terjadi pada waktu Aksi 212 tahun lalu. Sebelumnya ada Aksi 411 dimana Jokowi sepertinya "diamankan" oleh "orang-orang Pemerintah" karena takut berlebihan akan terjadi kudeta  saat itu.  Jokowi  seperti  dikendalikan "orang-orang Pemerintah" agar menjaga jarak dari para pendemo.  Dan akhirnya Jokowi yang dianggap Pengecut.  Rakyatnya demo menuntut keadilan kok malah kabur.

Akhirnya pada Aksi  212, Jokowi malah datang ke lokasi acara dan bergabung dengan Pendemo.  Ini sangat membingungkan banyak orang.  Tapi itulah Jokowi dengan Kesaktian Ilmu Komunikasinya.

Ketika "orang-orang Pemerintah" mengambil jarak dengan Kalangan Umat Islam, Jokowi bertindak sebaliknya dan berusaha mendekati mereka.  Begitu juga dengan yang terjadi sekarang dimana "orang-orang Pemerintah" memusuhi Gatot Nurmantyo karena ditakutkan  menjadi pesaing Jokowi di 2019, sebaliknya  Jokowi malah terlihat tidak punya masalah soal itu.

Jokowi itu Pemimpin Cerdas. Dia tahu Kekuatan Politik negeri ini. Dia tahu bahwa mayoritas penduduk dekat dengan Kekuatan Politik kalangan Islam. Dia tahu bahwa mayoritas penduduk dekat dengan Kekuatan Poltik kalangan Militer.

Berbeda dengan "orang-orang Pemerintah" yang mungkin sedang merasa berkuasa dan cenderung "sembarangan" memperlakukan kalangan lain maka Jokowi bertindak sebaliknya. Memang begitulah Jokowi.

Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun