Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jika Konsep Instagram Dibawa ke Tahun 90-an

21 Januari 2025   12:14 Diperbarui: 22 Januari 2025   05:04 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto roll film (Sumber: Freepik/Racool_Studio)

Belum lagi soal caption. Waktu itu, nggak ada yang peduli soal kalimat puitis atau kutipan inspiratif. Kalau kamu tulis sesuatu seperti, "Hidup adalah perjalanan, bukan tujuan," di belakang foto, teman-temanmu mungkin akan menatapmu dengan tatapan bingung sambil bertanya, "Apaan sih ini?"

Album Foto vs. Feed Instagram

Album foto fisik adalah cikal bakal feed Instagram. Bedanya, album ini harus kamu bawa-bawa secara manual, dan isinya terbatas.

Dulu ada seni tersendiri dalam menyusun album foto. Foto pertama harus yang paling menarik, biasanya pemandangan pantai dengan langit biru cerah. Tapi seiring kamu membuka halaman berikutnya, kualitasnya mulai menurun. Ada foto buram, jari yang ikut masuk frame, atau bahkan kepala orang yang tidak masuk jepretan.

Apakah orang akan terkesan? Tidak. Mereka hanya akan tertawa atau lebih parah lagi, merasa terpaksa memberikan pujian basa-basi.

Nostalgia atau Syukur?

Meski terdengar lucu, ada sesuatu yang sebenarnya bisa kita syukuri dari era pra-Instagram. Kita hidup di waktu di mana momen lebih berarti karena setiap foto punya nilai. Nggak ada filter, nggak ada editan. Kalau fotonya jelek, ya sudah, tetap dipamerkan karena itulah kenyataannya.

Tapi di sisi lain, tidak bisa dipungkiri kalau teknologi seperti Instagram mempermudah kita untuk berbagi. Kamu nggak perlu lagi keliling hanya untuk menunjukkan foto. Tinggal unggah, dan semua orang bisa melihatnya. Meski jujur saja, nggak semua orang peduli.

Mungkin hidup di era Instagram membuat kita sedikit kehilangan makna dari sebuah momen. Kita terlalu fokus pada estetika dan jumlah like, sampai lupa menikmati detik-detiknya.

Tapi setidaknya kita tak perlu lagi bawa-bawa album foto ke mana-mana. Dan untuk itu, mungkin kita bisa mengucapkan terima kasih kepada teknologi.

Jadi kalau kamu sekarang memotret sarapan pagi, di era 90-an itu bisa bikin kamu dianggap aneh. Sekarang? Itu cuma konten biasa. Dunia memang berubah, dan kita cuma bisa ikut mengalir sambil sesekali tertawa mengenang masa lalu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun