Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Trik Operator, Satu Bulan Sama Dengan 28 Hari

20 Januari 2025   12:26 Diperbarui: 20 Januari 2025   12:26 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar aplikasi operator (dokumen pribadi)

Ketika buka hape mau cek sisa masa aktif kuota internet, "Hah, kok abisnya cepet banget? Perasaan baru diisi," pikirmu. Nah, ini bukan cuma perasaan kamu saja. Sekarang buat operator seluler, satu bulan itu bukan lagi 30 hari tapi 28 hari.

Dari dua nomor operator yang saya pakai, dua-duanya sama. Paket kuota bulanan yang biasa saya beli sekarang dihitung 28 hari.

Kalau kamu pikir, "Ah, cuma beda dua hari aja, kecil," coba pikir lagi. Ini bukan sekadar hitungan teknis. Ini soal cara mereka memaksa kita untuk mengeluarkan uang lebih.

Bersiaplah untuk 13 Kali Pembayaran

Coba kita lihat lebih dalam. Apa alasan di balik perubahan ini? Jawabannya simpel: strategi bisnis. Dengan mengurangi masa aktif dari 30 hari jadi 28 hari, operator secara efektif menambahkan siklus pembayaran.

Begini hitungannya:

28 hari x 12 = 336 hari

Satu tahun (365) hari -- 336 = 29 hari.

Artinya kalau sebelumnya kamu bayar 12 kali setahun, sekarang harus 13 kali karena dalam setahun masih ada 29 hari yang tersisa. Tambahan satu bulan pendapatan buat mereka, tambahan satu bulan pengeluaran buat kita.

Katakanlah paket internet kamu Rp100.000 per bulan. Dalam setahun, kamu biasanya bayar Rp1.200.000. Tapi sekarang kamu harus keluar Rp1.300.000.

Selisih Rp100.000 per tahun dari jutaan pelanggan? Operator mana yang nggak tergiur? Kalau dihitung, perubahan kecil ini sebenarnya menghasilkan keuntungan besar buat mereka.

Sebagai konsumen, saya merasa seperti korban kecil di permainan besar. Rasanya kayak dikadalin, tapi nggak bisa protes. Siapa yang mau dengerin kita, UU Perlindungan Konsumen? Hahahaha.

Hal-hal kecil ini bikin hidup di 2025 jadi tambah ribet. Sebab koneksi internet itu sekarang sudah jadi kebutuhan primer. Kamu bisa saja tidak jajan, tapi pasti tidak bisa jika tidak buka WhatsApp atau YouTube.

Realita yang Harus Kita Terima

Kenyataannya, dunia bisnis selalu mencari cara untuk memaksimalkan keuntungan, sering kali dengan mengorbankan kepentingan konsumen

Sebenarnya ini bukan hal baru. Industri lain juga sering main strategi serupa. Misalnya, snack keripik kentang yang kemasannya gede, tapi isinya sedikit, banyakan anginnya. Atau sampo yang botolnya terlihat penuh, tapi ternyata dasar botolnya tebal.

Ini soal psikologi konsumen: bikin kita merasa dapat lebih, padahal sebenarnya kurang. Jadi apa ini akan berubah? Mungkin tidak. Tapi yang jelas, kita bisa belajar untuk lebih cermat.

Pilihan yang Mulai Menipis

Tahun lalu, masih ada operator yang menawarkan paket dengan masa aktif 30 hari penuh. Tapi sekarang rasanya seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Sebagian besar operator mengikuti tren ini, meninggalkan kita dengan sedikit atau bahkan tanpa pilihan.

Satu bulan = 28 hari adalah kenyataan baru. Mau nggak mau, suka nggak suka, kita harus adaptasi. Jadi lain kali kamu isi kuota, ingat hitungannya sekarang sudah beda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun