Sebagai konsumen, saya merasa seperti korban kecil di permainan besar. Rasanya kayak dikadalin, tapi nggak bisa protes. Siapa yang mau dengerin kita, UU Perlindungan Konsumen? Hahahaha.
Hal-hal kecil ini bikin hidup di 2025 jadi tambah ribet. Sebab koneksi internet itu sekarang sudah jadi kebutuhan primer. Kamu bisa saja tidak jajan, tapi pasti tidak bisa jika tidak buka WhatsApp atau YouTube.
Realita yang Harus Kita Terima
Kenyataannya, dunia bisnis selalu mencari cara untuk memaksimalkan keuntungan, sering kali dengan mengorbankan kepentingan konsumen
Sebenarnya ini bukan hal baru. Industri lain juga sering main strategi serupa. Misalnya, snack keripik kentang yang kemasannya gede, tapi isinya sedikit, banyakan anginnya. Atau sampo yang botolnya terlihat penuh, tapi ternyata dasar botolnya tebal.
Ini soal psikologi konsumen: bikin kita merasa dapat lebih, padahal sebenarnya kurang. Jadi apa ini akan berubah? Mungkin tidak. Tapi yang jelas, kita bisa belajar untuk lebih cermat.
Pilihan yang Mulai Menipis
Tahun lalu, masih ada operator yang menawarkan paket dengan masa aktif 30 hari penuh. Tapi sekarang rasanya seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Sebagian besar operator mengikuti tren ini, meninggalkan kita dengan sedikit atau bahkan tanpa pilihan.
Satu bulan = 28 hari adalah kenyataan baru. Mau nggak mau, suka nggak suka, kita harus adaptasi. Jadi lain kali kamu isi kuota, ingat hitungannya sekarang sudah beda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI