Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Fenomena Internet Unlimited: Pasang, Putus, dan Kabel Berseliweran

1 Oktober 2024   14:30 Diperbarui: 2 Oktober 2024   07:56 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berapa bulan belakangan ini ada fenomena menarik di sekitar rumah saya. Gencarnya tim marketing dari beragam provider Internet yang menawarkan paket Internet unlimited sepertinya sukses memikat banyak tetangga.

Berbagai promo yang menggoda seperti "streaming tanpa putus", "Internet cepat tanpa kuota", dan "bebas browsing sepuasnya" membuat beberapa tetangga akhirnya memutuskan untuk pasang Internet. Dalam sekejap, hotspot WiFi baru bermunculan seperti jamur di musim hujan.

Kebanjiran Hotspot WiFi di Lingkungan

Di awal semuanya terlihat begitu ideal. Tetangga kiri, kanan, depan, belakang, mulai pasang WiFi. Bahkan ada yang sengaja memasang nama WiFi yang kreatif, seperti "Jangan Curi WiFi", atau "Ini WiFi Gue".

Meskipun begitu, situasinya terlihat semakin absurd ketika kabel fiber optik mulai dipasang di mana-mana, melintasi jalanan kecil dan membentuk jaring-jaring di atas atap rumah.

Awalnya saya pikir, ini adalah awal era digital yang makin cerah di lingkungan kami. Semua orang ingin menikmati Internet cepat dan unlimited. Namun rupanya ekspektasi tak selalu sesuai dengan realita.

Drama Setelah Beberapa Bulan: Putus Berlangganan

Setelah sebulan hingga tiga bulan, hotspot-hotspot WiFi tadi tiba-tiba mulai menghilang dari daftar. Satu per satu tetangga saya sepertinya berhenti berlangganan Internet. Hanya tinggal beberapa hotspot saja yang masih hidup.

Yang awalnya semangat pasang dan bangga, mendadak jadi lebih kalem. Saya bertanya-tanya, ada apa ini?

Beberapa tetangga mulai curhat, dan saya mendengar berbagai alasan. Ada yang kecewa dengan kualitas layanan---mungkin karena Internet yang sering putus-putus atau kecepatan yang tak sesuai iklan.

Ada juga yang bilang iuran bulanan ternyata lebih mahal dari yang diperkirakan. Sebagian lainnya... mungkin, gengsi saja pasang Internet karena sebelah rumahnya juga pasang. Ketika euforia menurun, mereka akhirnya sadar bahwa mereka sebenarnya tidak terlalu butuh Internet secepat itu.

Internet Unlimited, Tapi Anggaran Terbatas

Ini menarik. Fenomena ini menunjukkan bagaimana promo "unlimited" bisa menciptakan ekspektasi yang terlampau tinggi.

Memang, siapa yang tidak tergiur dengan janji Internet tanpa batas? Namun setelah tagihan bulanan datang, banyak yang akhirnya sadar bahwa ada harga yang harus dibayar untuk kenyamanan digital tersebut.

Belum lagi kualitas jaringan yang ternyata tidak semulus iklan. Banyak yang bilang, "Awal-awal sih cepat, tapi makin lama makin lambat." Akhirnya rasa kecewa mulai timbul.

Mereka merasa seperti membeli kucing dalam karung, dan keputusan untuk putus berlangganan pun diambil tanpa ragu.

Kabel Fiber yang Jadi Hiasan Ekstra

Yang lucu sekaligus nyebelin adalah meskipun hotspot-hotspot WiFi hilang, kabel-kabel fiber optik yang dipasang tetap bertahan.

Entah siapa yang harus bertanggung jawab, tapi sekarang pohon dan tiang di sekitar rumah jadi penuh dengan kabel yang berseliweran. Semacam "hiasan" baru yang menggantung tanpa fungsi.

Tentu saja, ini jadi pemandangan yang kurang sedap. Seringkali kabel-kabel tersebut menjuntai ke jalan, membuat pengendara motor berhati-hati, dan jelas mengganggu estetika lingkungan.

Apa Pelajaran dari Semua Ini?

Teknologi dan tren digital kadang datang dengan begitu cepat, tetapi tidak semua orang siap untuk beradaptasi, baik secara mental maupun finansial. 

Provider Internet memang pintar dalam hal promosi, tetapi apakah benar-benar menyediakan layanan yang sesuai dengan janji? Itu masalah lain.

Bagi tetangga yang memutuskan untuk berhenti berlangganan, mungkin mereka telah belajar bahwa tidak semua orang butuh Internet unlimited. Apalagi kalau hanya untuk browsing media sosial atau buka YouTube buat karaokean.

Pada akhirnya, teknologi tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan nyata, bukan hanya karena dorongan tren atau rasa gengsi.

Jadi, meskipun banyak provider Internet menawarkan paket "unlimited" yang menggiurkan, tidak semua orang bisa atau perlu mengikuti arus.

Ada baiknya menilai ulang apa yang sebenarnya kita butuhkan, sebelum terjebak dalam "jebakan unlimited" yang justru membuat kita kecewa di kemudian hari.

Satu lagi, saya harap suatu saat nanti ada solusi untuk kabel-kabel fiber optik yang sekarang malah jadi hiasan permanen di lingkungan kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun