Penggemar F1 pasti tahu nama Lance Stroll. Bukan karena deretan prestasi gemilang di Formula 1, tapi lebih karena satu hal, dia adalah "Si anak papi". Ya, Lance adalah putra dari Lawrence Stroll, seorang miliarder fashion yang juga pemilik tim Aston Martin di F1. Di balik segala kemewahan dan investasi luar biasa, kenapa kok Lance masih nggak juara-juara?
Modal Banyak, Hasil Sedikit?
Bayangkan punya akses ke segalanya, mulai dari punya tim balap, fasilitas pelatihan terbaik, sampai pelatih-pelatih mahal. Itulah yang Lance dapatkan berkat papinya yang tajir melintir.
Dari usia 11 tahun, Lance sudah masuk Ferrari Driver Academy. Belum cukup? Papi Stroll bahkan menggelontorkan duit buat tim Prema agar anaknya bisa mendominasi di Formula 4 dan Formula 3 Eropa. Pokoknya semua disiapkan matang.
Masalahnya, setelah sekian tahun di F1, Lance hanya punya satu pole position dan tiga podium. Dibandingkan rekan-rekan setimnya yang lain, prestasi Lance bagaikan gunung es, lebih banyak di bawah permukaan daripada di atasnya.
Formula 1: Ajang Skill atau Uang?
Tak bisa disangkal, di Formula 1 uang memang penting. Tim-tim butuh investasi besar buat riset dan pengembangan mobil, dan Lawrence Stroll tidak ragu-ragu untuk mengeluarkan banyak uang.
Contohnya, waktu tim Force India hampir bangkrut, dia datang dengan uang $117 juta buat menyelamatkan tim itu, lalu di-rebranding jadi Racing Point, dan akhirnya Aston Martin.
Pertanyaannya, apakah uang bisa beli kemenangan di F1? Kalau melihat Aston Martin yang terus merangkak naik, mungkin jawabannya 'ya'. Tapi sayangnya, semua ini tidak berbanding lurus dengan performa Lance. Sebagus apapun mobilnya, kalau pembalapnya tidak maksimal, ya tetap saja tidak memperoleh poin di kejuaraan. Kebayang nggak? Mobil mahal, hasil minimal.
Lance vs Rekan Setim
Lance sebenarnya bukan pembalap yang buruk. Dia punya bakat, terbukti dengan beberapa podium yang pernah diraih. Tapi jika dibandingkan dengan rekan setimnya, terkesan jomplang. Tahun 2021, Lawrence Stroll bahkan rela membayar Sebastian Vettel, juara dunia 4 kali, untuk bergabung dengan timnya. Sekarang ada Fernando Alonso, si pembalap senior yang masih bisa bikin Lance keteteran di tiap balapan.
Akibatnya jadi timbul pertanyaan, kalau Lance tidak punya nama belakang Stroll, apakah dia masih bakal ada di grid F1 hari ini? Di F1, kompetisinya sangat ketat, dan kalau bukan karena modal besar dari papinya, mungkin Lance sudah lama tersingkir.
Lance Harus Jadi Juara Dunia, Berapa Pun Biayanya
Visi Lawrence Stroll jelas, anaknya harus juara dunia berapa pun harga yang harus dibayar. Bahkan, Lawrence sudah menandatangani kesepakatan dengan Honda untuk menyediakan mesin yang lebih kompetitif di masa depan.
Kabar teranyar adalah dia juga merekrut insinyur-insinyur top seperti Adrian Newey dari RedBull dan Enrico Cardile dari Ferrari. Saking niatnya, markas Aston Martin pun dimodernisasi habis-habisan. Nggak main-main!
Tapi apakah ini cukup buat menjadikan Lance seorang juara? Sejujurnya sulit. Kualitas Lance memang jauh di bawah pembalap-pembalap top macam Max Verstappen atau Lewis Hamilton. Uang bisa bikin mobil cepat, tapi tidak bisa membuat insting juara itu muncul.
Apa Kata Fans?
Fans F1 sering kali skeptis dengan Lance. Banyak yang menganggapnya sekadar pay driver, sebuah istilah untuk pembalap yang dapat kursi bukan karena skill, tapi karena duit. Meskipun secara teknis sah-sah saja, rasanya ini hanya proyek ambisi Lawrence, bukan karena prestasi Lance sendiri.
Tapi siapa tahu, mungkin suatu hari nanti Lance bakal membungkam para pengkritiknya. Tapi untuk sekarang, dia masih harus berjuang lebih keras untuk membuktikan bahwa dirinya bukan cuma "anak papi" yang diberi tempat di F1.
Lance dan Masa Depannya di F1
Jadi apakah Lance bakal jadi juara dunia? Well, itu masih jadi tanda tanya besar. Yang jelas, selama Lawrence Stroll masih punya kantong tebal dan ambisi besar, Lance akan terus berada di grid, entah sebagai kandidat juara atau sekadar figuran di balik nama besar Aston Martin.
Yang jelas, perjalanan Lance Stroll di F1 adalah bukti nyata bahwa uang memang bisa beli banyak hal. Tapi bisakah uang beli kejayaan? Kita lihat saja nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H