Tanggung jawab mereka berat dan tidak ada habisnya. Setiap menit yang terbuang buat hal-hal yang tidak penting bisa bikin mereka merasa kurang efisien. Makanya, mereka cenderung lebih suka menyelesaikan segala urusan secepat mungkin biar bisa cepat pulang dan melanjutkan tugas lainnya.
Saat di luar rumah, mereka bawa mindset yang sama: bagaimana caranya biar semuanya selesai cepat. Jadi, kalau ada kesempatan buat 'memotong jalan', mereka tidak bakal ragu buat mengambilnya. Ini lebih soal manajemen waktu dan tanggung jawab.
Saling Memahami dan Mengingatkan
Tapi bukan berarti perilaku ini dibenarkan ya, wahai emak-emak tersayang.
Sebagai masyarakat, kita perlu lebih banyak memahami kondisi ini dan memberikan edukasi soal pentingnya antre. Mungkin kita bisa mulai dari diri sendiri dengan memberi contoh baik. Ingatkan bahwa antre itu bukan cuma soal menunggu giliran, tapi juga soal menghargai hak orang lain.
Seandainya ada yang kebablasan, mungkin perlu sedikit "disentil" secara halus. Sebuah teguran ramah, "Bu, antrenya di belakang ya," atau "Penuh Bu, mungkin bis selanjutnya lebih lega," biasanya cukup ampuh.
Ingat, emak-emak juga punya hati. Sekali diingatkan, mereka biasanya langsung sadar dan minta maaf, kecuali yang ngeyel. Jangan langsung ngomel apalagi maki-maki ya. Inget loh, kalian semua juga punya emak di rumah.
Antre memang bukan hal yang selalu menyenangkan, apalagi buat emak-emak yang super sibuk. Tapi dengan saling memahami dan menghargai, kita bisa kok bikin budaya antre jadi lebih diterima dan dihargai. Ya kan mak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H