Emak-emak dan antre adalah kombinasi yang sering jadi bahan obrolan, kritikan, bahkan jadi bahan konten. Kita sering lihat konten di media sosial tentang emak-emak yang ogah antre saat naik angkutan umum, menyelak antrean di SPBU hingga saat bayar belanjaan di mini market.
Padahal antre itu simpel. Cuma berdiri menunggu giliran, kan? Tapi kok bisa ya, emak-emak sering banget kelihatan malas buat antre? Pernahkah kepikiran kenapa mereka begitu? Yuk, kita kupas hal ini dari sudut pandang yang (mungkin) sedikit berbeda.
Emak-emak Tidak Punya Banyak Waktu
Kita semua tahu kalau emak-emak itu sosok yang super sibuk. Pagi-pagi sudah bangun, menyiapkan sarapan, ngejar-ngejar anak biar cepat berangkat sekolah, lanjut ke pasar buat belanja. Jadwal mereka padat banget, lho! Waktu bagi mereka itu lebih berharga daripada emas. Nah, di tengah kesibukan itu, membuang waktu buat berdiri di antrean yang panjang jelas bukan prioritas.
Bayangkan, lagi buru-buru belanja buat masak makan siang, terus harus menunggu lama di kasir. Aduh, bisa stress sendiri! Emak-emak lebih pilih 'jalan pintas' biar bisa cepat selesai dan pulang dan melanjutkan tugas lainnya. Jadi kalau ada kesempatan buat nyelip di antrean, ya mereka ambil dong. Ini soal efisiensi waktu, bukan cuma soal nggak sabaran.
Di saat-saat seperti itu, insting 'survival mode' emak-emak langsung aktif. Mereka bakal mencari celah sekecil apapun buat cepat-cepat bayar dan pulang.
Tentu kita tidak bisa sepenuhnya membenarkan cara ini, tapi setidaknya kita jadi paham kenapa mereka sering melakukan hal tersebut.
Faktor Budaya
Di negara-negara lain, budaya antre itu seperti hukum wajib yang tidak tertulis. Masyarakatnya benar-benar menghargai sistem antrean. Tapi di Indonesia, jujur saja, budaya antre belum sekuat itu. Banyak orang yang merasa antrean bisa 'diakali', apalagi kalau ada alasan yang dianggap lebih penting.
Buat emak-emak, antre bisa dianggap sebagai aktivitas yang tidak efektif dan buang-buang waktu. Mereka lebih memilih pendekatan praktis yang bisa memberikan hasil cepat.
Misalnya, mereka taruh barang belanjaan di kasir duluan, atau berpura-pura tidak lihat antrean panjang dan langsung maju ke depan. Ini seperti tradisi yang tidak tertulis di masyarakat kita.
Tanggung Jawab di Rumah Menuntut Kecepatan
Jangan lupa, walaupun ayah adalah pemimpin keluarga, emak-emak adalah pemimpin di rumah. Benar begitu kan, para suami?