Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiga Sahabat di Tepi Kehidupan

17 Agustus 2024   10:24 Diperbarui: 17 Agustus 2024   10:34 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/leisurelyhustles/

Nova memandang jauh ke cakrawala, matanya setengah terpejam menikmati sapuan angin senja yang lembut. Di sebelahnya, Kai tertawa kecil sambil menendang-nendang genteng tua di bawahnya, mengusik sepotong kerikil yang terjatuh dan hilang di antara suara bising kota yang tak pernah tidur. Zeko, duduk di sebelahnya, menatap langit yang mulai berwarna oranye kemerahan, pikirannya melayang entah ke mana.

"Jadi kalian bayangkan bagaimana hidup kita nanti kalau sudah dewasa?" Nova memecah keheningan dengan pertanyaan yang entah serius atau hanya sekadar obrolan ringan.

"Entah, mungkin aku bakal jadi penulis terkenal, Atau mungkin jadi penyanyi, siapa tahu?" jawab Kai dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya.

"Kalau kamu Nova?" Zeko menyusul, suaranya terdengar tenang namun dalam.

Nova terdiam sejenak, memikirkan jawabannya. "Aku ingin keliling dunia, mencari tempat yang bisa aku anggap rumah. Tapi di sisi lain... aku pengen tetap dekat sama kalian. Setidaknya biar kita nggak kehilangan momen-momen kayak gini."

Kai tersenyum mendengar jawaban Nova. "Kita bakal selalu bersama, kan? Meski hidup nggak bisa diprediksi."

Zeko hanya mengangguk, menyetujui tanpa kata-kata. Di dalam hatinya, ada perasaan yang sulit diungkapkan. Persahabatan mereka adalah sesuatu yang berharga, lebih dari apa pun. Namun dia tahu, waktu akan menguji segalanya.

****

https://app.leonardo.ai/profile/rachmanditya
https://app.leonardo.ai/profile/rachmanditya

Bertahun-tahun kemudian, Kai dan Nova akhirnya memutuskan untuk menikah. 

Mereka berdiri di tepi tebing dengan angin yang berhembus lembut di antara mereka, seakan menjadi saksi bisu perjalanan hidup mereka. Malam telah datang, langit berwarna biru gelap seolah memberi penghormatan terakhir pada hari yang segera berakhir.

"Ini tempat yang sempurna," Nova berbisik, matanya berbinar menatap pemandangan yang menakjubkan di depan mereka.

Kai meraih tangan Nova, menggenggamnya erat. "Aku tidak bisa membayangkan ada di sini bersama orang lain selain kamu, Nova."

Nova tersenyum. "Aku juga Kai. Kita beruntung ya?"

Di dekat mereka, berdirilah Zeko. Matanya tertuju pada garis cakrawala yang seolah tak berujung. Pikirannya melayang kembali ke masa lalu, ke malam di atas atap itu di mana segalanya terasa mungkin, di mana masa depan adalah misteri yang indah.

Zeko tahu bahwa dia menyayangi kedua sahabatnya, tapi dengan cara yang berbeda. Kai dan Nova selalu memiliki ikatan yang istimewa. Sesuatu yang Zeko tidak pernah miliki, namun selalu dia hargai.

Dia bahagia untuk mereka, sungguh. Tapi di sudut hatinya yang paling dalam, ada rasa sepi yang tak bisa dia ceritakan pada siapa pun.

Malam semakin gelap, hanya bintang-bintang yang menerangi langit di atas. Mereka bertiga berdiri di sana, diam dalam kesunyian yang nyaman.

Tak perlu kata-kata, karena semuanya sudah terucap dalam cara mereka saling menatap, dalam kenangan yang mereka bagikan, dan dalam janji yang tak pernah terucapkan bahwa persahabatan mereka akan bertahan, meski dunia berubah.

Mereka bertiga kembali memandang langit, di mana bintang-bintang menyala seperti lentera kecil. Mengingatkan mereka pada malam-malam yang telah mereka lalui bersama, dan pada masa depan yang masih penuh misteri. Tidak ada yang benar-benar berubah. Mereka masih mereka, hanya sedikit lebih tua, sedikit lebih bijaksana, dan sedikit lebih penuh cinta.

Di sana di tepi tebing itu, mereka tahu bahwa meski hidup akan membawa ke arah yang berbeda. Hati mereka akan selalu terikat, seperti bintang-bintang di langit malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun