Mereka berdiri di tepi tebing dengan angin yang berhembus lembut di antara mereka, seakan menjadi saksi bisu perjalanan hidup mereka. Malam telah datang, langit berwarna biru gelap seolah memberi penghormatan terakhir pada hari yang segera berakhir.
"Ini tempat yang sempurna," Nova berbisik, matanya berbinar menatap pemandangan yang menakjubkan di depan mereka.
Kai meraih tangan Nova, menggenggamnya erat. "Aku tidak bisa membayangkan ada di sini bersama orang lain selain kamu, Nova."
Nova tersenyum. "Aku juga Kai. Kita beruntung ya?"
Di dekat mereka, berdirilah Zeko. Matanya tertuju pada garis cakrawala yang seolah tak berujung. Pikirannya melayang kembali ke masa lalu, ke malam di atas atap itu di mana segalanya terasa mungkin, di mana masa depan adalah misteri yang indah.
Zeko tahu bahwa dia menyayangi kedua sahabatnya, tapi dengan cara yang berbeda. Kai dan Nova selalu memiliki ikatan yang istimewa. Sesuatu yang Zeko tidak pernah miliki, namun selalu dia hargai.
Dia bahagia untuk mereka, sungguh. Tapi di sudut hatinya yang paling dalam, ada rasa sepi yang tak bisa dia ceritakan pada siapa pun.
Malam semakin gelap, hanya bintang-bintang yang menerangi langit di atas. Mereka bertiga berdiri di sana, diam dalam kesunyian yang nyaman.
Tak perlu kata-kata, karena semuanya sudah terucap dalam cara mereka saling menatap, dalam kenangan yang mereka bagikan, dan dalam janji yang tak pernah terucapkan bahwa persahabatan mereka akan bertahan, meski dunia berubah.
Mereka bertiga kembali memandang langit, di mana bintang-bintang menyala seperti lentera kecil. Mengingatkan mereka pada malam-malam yang telah mereka lalui bersama, dan pada masa depan yang masih penuh misteri. Tidak ada yang benar-benar berubah. Mereka masih mereka, hanya sedikit lebih tua, sedikit lebih bijaksana, dan sedikit lebih penuh cinta.
Di sana di tepi tebing itu, mereka tahu bahwa meski hidup akan membawa ke arah yang berbeda. Hati mereka akan selalu terikat, seperti bintang-bintang di langit malam.