"Gladiator" adalah sebuah standar emas dalam genre film epik. Sekuelnya akan berada di bawah tekanan besar untuk menyamai atau bahkan melampaui pendahulunya. Risiko kekecewaan sangat tinggi. Jika sekuelnya gagal memenuhi ekspektasi, hal ini bisa merusak warisan "Gladiator" yang telah dibangun selama bertahun-tahun.
Fokus pada Proyek Baru
Daripada membuat "Gladiator II", para pembuat film lebih baik fokus pada proyek-proyek baru yang segar. Industri film penuh dengan cerita-cerita menarik yang belum tergali. Mencoba mengejar nostalgia dengan sekuel mungkin akan menghambat kreativitas dan inovasi.
Atau bisa juga dengan me-remake film-film lawas yang kurang bagus. Siapa tahu setelah diberi sentuhan modern, yang dulunya jelek bisa jadi bagus.
Misalnya film "Ocean's Eleven" yang versi aslinya dirilis pada 1960 dan dinilai membosankan dan alurnya lambat. Namun versi remake-nya yang dirilis pada 2001, dinilai lebih menarik, tidak membosankan, dan alurnya cepat serta menyenangkan dengan sentuhan komedi yang apik.
Tak Perlu Sekuel
"Gladiator" adalah sebuah karya seni yang berdiri sendiri, sempurna dalam segala aspeknya. Mencoba menambahkan bab baru pada kisah ini adalah tindakan yang berani, namun berisiko.
Mungkin, yang terbaik adalah membiarkan "Gladiator" tetap menjadi sebuah legenda yang tidak perlu dijelaskan lebih lanjut.
Apakah kamu setuju bahwa "Gladiator" tidak perlu sekuel?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H