Belum lagi terjebak macet, dijamin deh, anak-anak rewel minta ampun. Tapi kan bisa putar lagu kencang-kencang pakai sistem audio canggih di mobil baru. Sekalian tes suara, siapa tahu tetangga makin iri.
"Untung ada audio system canggih di mobil ini," gumam Tobi. Ia pun memutar lagu-lagu favorit anak-anak untuk meredakan kejenuhan mereka.
Perjalanan yang (Mungkin) Melelahkan
Perjalanan mudik dengan mobil baru, apalagi yang belum terbiasa, bisa jadi pengalaman yang menegangkan. Fitur-fitur di mobil yang belum dikuasai, ditambah kondisi jalan yang padat dan pengendara yang tidak sabaran, bisa bikin stres. Belum lagi kalau irit bensin jadi nomor dua demi gengsi, sambil pura-pura lupa kalau cicilannya belum lunas.
Toh, yang penting bisa pamer di media sosial, update story dengan caption "Mudik happy naik mobil baru!" Biar follower pada like dan komen, "Wah, keren mobil barunya!"
Sampai di Kampung Halaman
Tibalah di kampung halaman. Mobil baru diparkir gagah di depan rumah, persis di bawah pohon mangga yang sudah tua itu. Keluar dari mobil dengan gaya, berharap disambut sorak-sorai dan tatapan kagum.
Tapi apa yang terjadi?
Hmm, biasa saja. Ibu dan bapaknya memang menyambutnya dengan hangat, tapi tidak ada ekspresi kagum berlebihan pada mobil barunya.
"Wah, mobil barunya bagus, Nak!" kata bapaknya sambil menepuk bahu Tobi.
Tetangga malah sibuk ngerumpi soal tetangga sebelah yang anaknya baru saja pulang setelah 10 tahun jadi TKI di Saudi. Ibu sibuk ke dapur menyiapkan teh hangat. Para keponakan asyik main game di handphone masing-masing.
Sedikit kecewa? Pasti. Tapi tak apa. Toh, yang penting sudah berusaha tampil "wah". Lagi pula, mudik kan bukan soal pamer harta, tapi soal silaturahmi dan berkumpul bersama keluarga.
Benar nggak sih?