Kamu pernah lihat orang yang baru saja keluar dari café sambil membawa sebuah tumbler seperti gambar di atas? Ya, itu adalah produk tumbler dari Stanley dengan nama Quencher H2.0 FlowState.
Saat ini, produk tersebut telah berevolusi menjadi tempat minum yang statusnya setara dengan tas merek Louis Vuitton. Tumbler dengan harga resmi $35 hingga $50 ini telah berubah menjadi sebuah simbol status. Model terbarunya selalu habis terjual dalam hitungan menit dan orang-orang kemudian menjualnya kembali dengan harga ratusan dolar di eBay.
Di marketplace Indonesia sendiri, produk ini banyak ditawarkan di harga di atas 1 juta, dan harus pre order.
Stanley sebagai produsennya telah mengalami peningkatan pendapatan sepuluh kali lipat hanya dalam waktu empat tahun, semuanya berkat satu produk ini.
Bagaimana bisa sebuah produk yang awalnya hanya sebagai termos yang biasa dibawa pekerja konstruksi, kini bisa menjadi hadiah souvenir impian? Mari selami kisah unik di balik kemunculan Stanley Quencher.
Evolusi unik dari Stanley Quencher
Pada 2019, Stanley menghadapi kemungkinan untuk menghentikan produksi tumbler tersebut karena penjualannya yang seret. Namun, sekelompok blogger ibu-ibu lewat situs thebuyguide.com melihat potensinya dan menegosiasikan kesepakatan afiliasi khusus dengan Stanley. Mereka memesan 5.000 tumbler, dengan syarat Stanley harus memproduksi tumbler ini dalam warna-warna pastel.
Secara mengejutkan, 5.000 tumbler ini terjual habis hanya dalam waktu lima hari. Kejadian ini mengubah filosofi desain Stanley selamanya. Termos yang dulunya hanya berfungsi sebagai botol minum telah berubah menjadi barang trendi dan banyak dicari.
Momen mobil terbakar dan sensasi TikTok
Titik balik bagi Stanley terjadi beberapa bulan yang lalu, tepatnya 15 November 2023, ketika sebuah video TikTok menjadi viral. Video tersebut menampilkan mobil seorang wanita yang dilalap api, dengan tumbler Stanley-nya menjadi satu-satunya yang selamat dan es di dalamnya bahkan masih utuh.
Kejadian mobil terbakar ini berhasil mengumpulkan 94 juta penonton dan menarik perhatian CEO Stanley bernama Terence Reilly. Ia adalah seorang marketer cerdas yang sebelumnya menjabat sebagai CMO di Crocs.Â
Memanfaatkan kesempatan tersebut, ia mengumumkan bahwa perusahaan akan membelikan wanita itu sebuah mobil baru. Aksi itu melambungkan merek Stanley ke dalam putaran viralitas. Apa yang dimulai sebagai penggantian mobil seharga $30.000 berubah menjadi puluhan juta views dan pengenalan merek yang meningkat.
Menguasai viralitas dan kesuksesan produk edisi terbatas
Kesuksesan Stanley terletak pada penguasaan viralitas oportunistik dan peluncuran produk edisi terbatas yang strategis. Perusahaan ini menyadari kekuatan menciptakan kelangkaan, mengubah setiap rilis menjadi acara eksklusif yang dinanti-nantikan oleh konsumen.Â
Kombinasi momen viral yang tak terduga dan peluncuran edisi terbatas telah memosisikan Stanley Quencher sebagai barang yang wajib dimiliki, menjadikannya simbol status di produk botol minum.
Masa depan merek
Saat Stanley terus menaiki gelombang kesuksesan, hal ini menjadi preseden bagi merek lain untuk meniru strateginya, terutama dalam hal kelangkaan dan eksklusivitas. Di dunia di mana konsumen mencari produk yang unik dan eksklusif, menjadi simbol status dalam kategori apa pun adalah tujuan utamanya.
Perjalanan Stanley menunjukkan potensi merek untuk menemukan kembali diri mereka sendiri, memanfaatkan peluang yang tidak terduga dan merilis edisi terbatas yang memikat konsumen.
Dari ambang penghentian produksi hingga menjadi sensasi viral, kisah Stanley adalah bukti dari sifat branding yang tidak dapat diprediksi. Dengan memanfaatkan viralitas yang oportunistik, Stanley telah mendefinisikan ulang dirinya sendiri di pasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H