Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

4 Faktor yang Membuat Toko Malah Ramai Jelang Tutup Permanen

6 September 2023   12:08 Diperbarui: 7 September 2023   08:48 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keramaian pengunjung Toko Buku Gunung Agung Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, di lantai dua, Kamis (31/8/2023). (KOMPAS.com/Xena Olivia) 

Ketika Toko Buku Gunung Agung mengumumkan akan menutup bisnisnya secara permanen, di hari-hari terakhir jelang penutupan justru konsumennya membludak. Padahal di hari-hari sebelum ada pengumuman mau ditutup, malah sepi. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Apa yang membuat orang-orang tiba-tiba berbondong-bondong ke toko yang akan gulung tikar?

Faktor psikologis

Banyak orang yang merasa tertarik dengan sesuatu yang langka atau terbatas. Mereka berpikir bahwa barang-barang yang dijual di toko yang tutup adalah barang-barang spesial yang tidak akan bisa didapatkan lagi di tempat lain.

Mereka juga merasa bahwa mereka harus memanfaatkan kesempatan ini sebelum kehabisan. Hal ini membuat mereka lebih mudah tergoda untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan atau inginkan.

Faktor ekonomis

Banyak toko yang menawarkan diskon besar-besaran atau harga miring untuk menarik pembeli dan menghabiskan stok mereka. Beberapa toko bahkan menjual barang-barang dengan harga di bawah modal.

Hal ini membuat orang-orang berpikir bahwa mereka bisa mendapatkan barang-barang berkualitas dengan harga murah. Mereka juga berharap bisa mendapatkan keuntungan dengan menjual kembali barang-barang tersebut di kemudian hari.

Faktor sosial

Banyak orang yang ikut-ikutan atau terpengaruh oleh teman, keluarga, atau media sosial. Mereka melihat orang-orang lain yang berbondong-bondong ke toko yang tutup dan merasa tidak mau ketinggalan.

Mereka juga ingin menunjukkan bahwa mereka bisa mendapatkan barang-barang bagus dengan harga murah. Mereka juga ingin berbagi pengalaman atau cerita tentang pembelian mereka dengan orang-orang lain.

Faktor emosional

Orang-orang sering memiliki emosi nostalgia terhadap toko-toko yang sudah lama berdiri, apalagi jika mereka adalah pelanggan setia. Toko-toko tersebut bisa menjadi bagian dari sejarah hidup mereka, atau bisa menjadi tempat mereka menghabiskan waktu bersama orang-orang tersayang.

Ketika mendengar kabar bahwa toko tersebut akan tutup, mereka mungkin merasa tergerak untuk mengunjungi toko tersebut untuk terakhir kalinya.

Yang harus diperhatikan saat beli di toko yang mau tutup

Namun, apakah fenomena ini benar-benar menguntungkan bagi konsumen? 

Tidak selalu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin membeli barang-barang dari toko yang tutup.

Pertama, pastikan bahwa barang-barang yang kamu beli adalah barang-barang yang benar-benar dibutuhkan atau inginkan. Jangan tergoda oleh harga murah atau diskon besar-besaran.

Tanyakan pada diri sendiri, apakah kamu akan membeli barang-barang tersebut jika tidak ada diskon atau harga miring, apakah akan menggunakan barang-barang tersebut, atau memiliki tempat untuk menyimpan barang-barang tersebut?

Kedua, periksa kualitas dan kondisi barang-barang yang dibeli. Jangan asumsikan bahwa semua barang-barang yang dijual di toko yang mau tutup adalah barang-barang baru atau bagus. 

Beberapa barang mungkin sudah rusak, kadaluwarsa, atau cacat. Beberapa barang mungkin juga sudah tidak bergaransi atau tidak bisa ditukar atau dikembalikan. Pastikan untuk memeriksa barang-barang tersebut secara teliti sebelum membayar.

Ketiga, tetap bandingkan harga dengan toko lain. 

Harga cuci gudang belum tentu sinonim dengan harga murah. Apalagi dengan banyaknya marketplace online. Sebuah produk yang sama di toko online bisa jadi lebih murah dari toko offline.

Fenomena ini bisa menjadi tantangan bagi para pemilik bisnis yang masih jalan. Mereka perlu mencari cara untuk menarik pembeli di hari-hari biasa, agar mereka dapat bertahan di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun