Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Virus Corona dan Efek Kejut di Sistem Pendidikan Kita

22 Maret 2020   07:12 Diperbarui: 30 April 2020   19:03 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
olahan pribadi dari beberapa sumber

Atau misalkan lagi, ketika 2-3 tahun terakhir belakangan "hype" para influencer atau "youtuber" mengggunakan basis video pendek untuk menarik minat para penonton. Para pengajar masih saja menganggap video adalah bentuk "hiburan" semata, bukan hal yang bisa diintegrasikan dalam dunia pendidikan. Padahal sudah bertahun lamanya, negara-negara lain menggunakan video baik dalam bentuk keping digital (VCD atau DVD) sebagai media penyampai kepada siswanya.

====

Lalu, terjadilah hari-hari kemarin... banyak guru bahkan dosen kebingungan untuk menyampaikan materi pelajaran mereka ke siswanya, karena "perbedaaan jarak" tadi. Sebagian besar guru sebenanrnya telah terlatih dan terbiasa menyebarkan ilmu dengan menerapkan model belajar inovatif, namun hanya dalam konteks tatap muka, adanya interaksi langsung antara murid dengan murid dan guru dengan murid. 

Bahkan teknologi WhatsApp yang biasa digunakan sehari-hari tidak mampu mengakomodir penyebaran ilmu serta menampung timbal baliknya secara "live". Pengetahuan terhadap "converence call" yang sudah mulai melekat lewat program Skype di tahun 2004-2005, masih belum banyak dimiliki bahkan belum dikenal sama sekali baik di sisi pengajar maupun siswa (orang tua) di rumah. Hilangnya interaksi pengajar-siswa layaknya di dalam kelas terjadi selama 1 minggu belakangan. Orang tua yang terbiasa menjadikan sekolah sebagai "penitipan anak" ditengah aktifitas keseharian mereka, total kewalahan dan angkat topi untuk para pengajar yang sanggup menangani banyak siswa selain anak mereka.

olahan pribadi dari beberapa sumber
olahan pribadi dari beberapa sumber
Tidak jarang akhirnya yang terjadi dalam grup WA sekolah hanya perintah membaca beberapa halaman buku, lalu mengerjakan soal di halaman-halaman berikutnya. Penjelasan mengenai materi terkait, pengembangannya, yang biasa disampaikan di depan kelas; HILANG. Tugas tadi berpindah sepenuhnya kepada pendamping di rumah, baik itu orang tua, kakek-nenek, ART, atau bahkan siswa itu sendiri untuk kreatif mencari lewat buku, atau internet.

Sebagian besar guru dan pihak sekolah hanya dapat berharap adanya timbal balik berupa laporan lebih intensif berupa perekaman aktivitas baik berupa foto maupun video singkat siswa saat belajar dan pengerjaan tugas yang dikirimkan kepada gurunya masing-masing.

Hal yang sangat "biasa" sebetulnya bagi orang tua siswa dengan sistem pengajaran HS (Home Schooling).

====

Sedikit mengintip Home Schooling atau Sekolah Rumah, ia adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan/informal. Sekolahnya dilakukan di rumah, di bawah pengarahan orang tua dan tidak dilaksanakan di tempat formal lainnya seperti di sekolah atau di institusi pendidikan lainnya dengan model kegiatan belajar terstruktur dan kolektif. HS bukanlah lembaga pendidikan, bukan juga bimbingan belajar yang dilaksanakan di sebuah lembaga, melainkan model pembelajaran di rumah dengan orang tua sebagai penanggung jawab utama. 

Orangtua bisa berperan sebagai guru atau juga mendatangkan guru pendamping/ tutor ke rumah. Jadi, aneh rasanya jika ada yang mengibarkan bendera Home Schooling tapi siswanya harus datang ke suatu gedung, belajar bersama di tempat khusus, atau di ruang kelas khusus.

Akan tetapi, Home Schooling juga bukan berarti kegiatannya selalu di rumah lho ya, siswa dapat belajar di alam bebas baik di laboratorium, perpustakaan, museum, tempat wisata, dan lingkungan sekitarnya. Komitmen orang tua dalam menemani anak belajar adalah kunci utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun