Jika dari Cirebon, pada display/tempat buahnya, tidak ada hiasan apapun, hanya berfungsi sebagai tempat menaruh buah sebelum diolah.
Sedangkan jika Rujak Bebeg indramayu pada displaynya, diberi hiasan berbentuk bunga dari irisan tipis buah-buahan yang digunakan pada hari itu.
Jadi, pasti hiasan bunga dari buah-buahan itu setiap hari akan berubah, seiring "mood" penjual akan membuat hiasan seperti apa, atau tergantung ketersediaan buah yang digunakan pada hari itu tadi.
Jika Cirebonan, alat tumbuknya akan menggunakan tutup, sedangkan Indramayuan tidak bertutup, jadi biasanya pedagang Indramayu akan meminta pembeli agar menjauhi alat tumbuk ketika ia sedang beraksi agar tidak terkena cipratan buah saat menumbuk, selain akan membuat noda pada pakaian, juga mungkin akan terciprat cabai ke mata.
Sedangkan pedagangnya sendiri, merasa sudah terbiasa dan tidak terpengaruh apa-apa jika mata terkena cipratan rujak racikannya.
Sendoknya juga terbuat dari lipatan daun pisang. Aroma setiap sendokannya pun benar-benar nikmat karena harum alami daun pisang. Namun memang sudah banyak pedagang yang menyajikannya dalam bungkus plastik, baik gelas/mangkok kecil plastik agar mudah saat memakan atau dibawa pulang.
Bagaimana, sudah pernah mencoba jajanan menggiurkan satu ini kan? Semoga kedepan masih banyak yang menjajakan disekitar rumah atau tempat tertentu yang mudah diraih, selain enak juga bisa melestarikan kuliner legendaris.
Belum lagi harga seporsinya yang cuma 5000 rupiah saja... langsung pengen ke pinggir jalan nunggu emang-emangnya lewat kan ya?