RATING dan SHARE yang selama ini diterbitkan setiap hari oleh Nielsen, masih menjadi patokan juga para insan media dalam berkarya.
Bayangkan saja, darimana sebuah stasiun TV dapat membayar gaji pegawainya jika tidak memperoleh dana dari hasil pembayaran iklan ? Jualan merchandise ? Ikut Bazaar ? Come on...
Jadi, dari hasil analisa RATING dan SHARE tadi itulah stasiun TV bisa mengenal pola tayangan mana yang diminati masyarakat, dan pola itulah yang jadi pokok pengembangan bahkan penambahan model program serta jam tayang yang hadir di layar TV pemirsa di rumah.
Selain karena memang program tadi banyak diminati (bahkan dinanti), hal itulah yang mendatangkan pundi-pundi pendapatan untuk berjalannya perusahaan.
Lain pula dengan NET. yang model tayangannya "out of the box" tadi. Bayangkan saja, selama ini angka RATING/ SHARE yang diperoleh NET. tidak bergerak seperti halnya tayangannya yang "tinggi" kualitasnya. Akhirnya, sangat mudah ditebak... pengiklan "jaga jarak" denga NET. terkait rate card dan rating share.
====
Lagi-lagi idealisme bertubrukan dengan realita. "petinggi" NET. mungkin mulai menyadari hal tadi. Keringnya kas, menjadi beban berat dalam menyajikan menu lezat dilayar TV. Beberapa program lawas kembali diputar demi menggaet "pemirsa middle low", bahkan program-program baru yang hadir sebagai pengganti program yang disukai milenial-pun (yang sebetulnya saat ini justru lebih memilih youtube sebagai tayangan utama) "terpaksa" disuguhkan demi menggandeng genre baru pemirsa yang bisa menaikkan rating share NET.
Terbilang ada "MERINDING" dan "IPOP" yang jelas kemasannya untuk menggandeng "alay" dan "mid low" audience yang merupakan jumlah penonton terbesar tanah air, namun mampu menggandeng pengiklan untuk memompa cuan bagi perusahaan.
====
Sekarang, apakah betul NET. akan bangkrut ? Apakah perombakan struktur perusahaan di NET. akan berpengaruh pada performa perusahaan ? Apakah perubahan pola tayang akan dapat mengejar ketertinggalan jumlah penonton ? Apakah pemirsa lagi-lagi akan disuguhkan tayangan "kacangan" namun penuh iklan saat commbreak-nya?
Atau...mas Tama sedang sibuk, karena gosipnya digadang menggantikan posisi TM di BEKRAF ?