====
Sate ati, ampela, telur puyuh dan usus satu persatu pun mulai kami preteli dari tusukannya, dan ikut dalam adukan bubur tadi menjadikan kesempurnaan pra-menikmati semangkuk bubur yang ada dihadapan.
Sensasi suapan pertama bubur ini emang nendang !
Krupuk yang sudah melempem karena ikut diaduk, potongan-potongan sate, menambah sempurna bubur yang sedikit kenyal dan bertabur kaceang kedelai goreng saat masuk dalam mulut.Â
Renyahnya, kenyalnya, dan pasnya takaran kaldu membuat tidak sabar untuk segera mengunyah dan kembali melahap bubur yang secara tidak sadar cepat habis disantap tanpa sisa. Kemudian, kembali lagi mangkuk ke-2 terhidang untuk kembali disantap bersama dengan sedikit tambahan sambal agar lebih pedas dari porsi sebelumnya.
Harga sate-sate yang dihidangkan malah sama persis lho dengan sate-sate yang juga tersedia di gerobak-gerobak bubur biasa. Ah...puas sekali menyantap bubur kali itu, terlebih saya pribadi yang sangat "picky" dengan penganan bubur.
Oke, semoga temen-teman disini yang akan berlibur ke Tanjung Pasir juga sempat meraskan sensasi makan bubur di BUBUR GARUDA, begitulah warga sekitar menamai kios bubur ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H