Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Baswedan Berusaha Jadi "Firaun"

6 Maret 2019   02:28 Diperbarui: 6 Maret 2019   19:51 4608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Firaun... pasti yang terbayang di kepala kita adalah seorang raja sombong, bengis, musuh Nabi Musa. Ia hanya mampu membangun Kerajaan mewah beserta banyak Piramida yang pekerjanya adalah rakyatnya yang diperas tenaganya, dipaksa bekerja tanpa dibayar, yang kemudian diminta menyembahnya karena menganggap dirinya Tuhan.

Sayangnya, apa yang dari kita kecil dibenamkan di memori kita mengenai Firaun tadi ternyata belumlah lengkap. "Firaun" adalah gelar untuk penguasa di Mesir. Arti Firaun sendiri adalah "rumah besar", yang mulanya kata "Firaun" sendiri adalah nama istana kerajaan.

Tapi kemudian digunakan sebagai gelar untuk raja Mesir, jika di Indonesia samalah dengan "Sri Baginda" atau "Sultan". Istilah "Firaun" dapat juga digabungkan dengan nama raja, mssalnya: Firaun Wezner, Firaun Semerkhet, atau Firaun Ramesses.

Simbolisme Firaun sebagai pribadi dengan sikap sombong, penindas, kejam, juga masih perlu dipersoalkan: Firaun yang mana ? Karena selama lebih dari 3 abad, Mesir diperintah oleh ratusan Firaun, (klik disini untuk lihat listnya). 

Tidak semua Firaun punya perangai sombong, contohnya, Firaun Hyksos berkuasa, wilayah di sekitar Timur Tengah mengalami kekeringan dan kelaparan. Bangsa-bangsa lain akhirnya datang ke Mesir untuk membeli bahan makanan. 

Di antaranya adalah keluarga Yakub, seperti yang dicatat dalam kitab Kejadian. Di sini, Firaun membuka lumbung-lumbung penyimpanan bahan makanan dan bersedia berbagi. Banyak lagi Firaun yang dicintai oleh rakyatnya, karena adil, tegas, dan juga membangun wilayahnya dengan baik.

Menurut penelitian dan kesepakatan para Ilmuwan, Dinasti Mesir ini layaknya sebuah kepemimpinan/ kerajaan, ada masa surut, kalah perang, kejayaan, dan pula masa kehancuran. Mesir dengan Raja yang disebut Firaunnya ini baru dimulai dari Dinasti ke 18 dari 31 Dinasti yang memerintah Mesir, dengan perkiraan tahun 1539-1077 SM, sedangkan masa penurunan Mesir sendiri diperkirakan sekitar Dinasti ke 25 dan 26 di tahun 1076 -- 746 SM yang ditaklukkan oleh Romawi, dengan kisahnya yang melekat mengenai Cleopatra disitu.

Dalam kitab suci samawi sendiri, kondisi ini kurang lebih sama. Firaun yang disebut dalam al Quran sebanyak 73 kali, tidak jelas juga menyebut siapa nama Firaun sebenarnya. Dikisahkan hanya Firaun tadi memerintah pada Jaman Nabi Musa AS.
Sedangkan di dalam Injil, semua raja yang memerintah di Mesir pada Jaman Nabi Ibrahim, Yusuf, dan Musa, bernama Firaun (Pharaoh), yang jika di Islam periode Raja -raja Mesir sebelum Musa disebut Malik (Raja) saja.

Jadi, sebagai pegangan kita simpulkan saja, Firaun yang hidup di jaman Nabi Musa, adalah Firaun dengan perangai "menyebalkan" tadi, dan saat itu Mesir justru dalam kondisi puncak kejayaannya. Karena tidak mungkin jika tidak dalam puncak kejayaan, pembangunan secara massiv besar-besaran bisa terjadi, dan akhirnya melahirkan kesombongan diri hingga mengaku sebagai Tuhan.

====

Terkait itu semua, saya pribadi hingga saat ini masih penasaran, kenapa Anies Baswedan saat masa kampanyenya yang berpasangan dengan Sandiaga Uno waktu itu, mengatakan "Kalau hanya membangun kota yang megah, maka Firaun pun dulu bisa membangun kota yang megah, tetapi menghadirkan keadilan, nah itu enggak bisa karena di sana enggak ada," ujar Anies di Kelurahan Jati, Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (10/1/2017). 

Dan kalimat dengan redaksional sejenis pun diulangnya saat debat Cagub yang disiarkan langsung di TV Nasional beberapa hari kemudian dengan mengatakan "Firaun pencuri pun bisa dengan jujur menceritakan apa yang dikerjakannya," kata Anies di Hotel Bidakara Jakarta, tempat debat berlangsung.

Ada 2 hal yang menggelitik...Firaun dari dulu juga bisa kalau cuma membangun kota yang megah, serta Firaun Pencuri...apa maksudnya ya?

Pernyataan-pernyataan itu juga didukung oleh 2 orang lagi, yakni Amien Rais dan AA Gym, yang memang juga selalu hadir dalam perhelatan bersama Anies sejak demonstrasi-demonstrasi mengenai permasalahan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) yang saat itu disebut menistakan Agama karena berkomentar mengenai Al Quran Surat al Maidah ayat 51.

Amien Rais menyamakan peringai Ahok mirip dengan Firaun, Namrud, Goliath, dan kisah-kisah lain yang kita kenal sebagai Raja yang sombong dan congkak. Sedang Aa Gym menggambarkan Ahok adalah cerminan cerita Firaun yang sombong, Namrud si pembangun, dan Negeri Saba' yang tanpa korupsi sebagai negeri yang dipimpin oleh pemimpin yang menistakan agama Allah, hali ini sempat menjadi viral di berbagai sosial media dengan tulisannya.

====

Kini, setelah hampir 7 bulan memimpin Jakarta seorang diri dalam masa hampir 2 tahun memimpin Jakarta, Anies bergelimang Prestasi.
Namun sayang, prestasi-prestasi tadi lebih dominan merupakan "hasil" jerih payah kepemimpinan sebelumnya, sedangkan Anies hanya tinggal "panen" saja. Anies dinilai belum membangun apa-apa untuk Jakarta. Hal ini tak urung membuat Anies dan tim kerja Gubernur bekerja lebih keras untuk benar-benar menelurkan hasil "original" dari kepemimpinannya. Ternyata sulit menjadi Firaun pikir mereka.

Akhirnya, segala sesuatu "dikebut" untuk memastikan mengenai "karya original" tadi. Rumah DP NOL, akhirnya menjadi RUSUN DP NOL, walau dengan harga yang "beda tipis" dengan apartemen sederhana lain milik pengembang-pengembang swasta. Trotoar-trotoar yang belum semua dikerjakan terkait habisnya kerjasama CSR dengan Pemda masa sebelumnya, dikejar untuk dikerjakan "dengan nafas senen-kemis" yang memanfaatkan anggaran dan kemampuan SDM yang ada. Belum lagi penanganan mengenai PKL, Normalisasi Kali yang menjadi penyebab banjir, dan lain sebagainya, yang merupakan kunci-kunci pemasalahan sosial di DKI yang menjadi PR besar Jakarta.

Entah mengapa, Anies yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di kabinet Jokowi ini sepertinya keasyikan. Berbagai pujian di Twitter, Instagram miliknya saat ia mengunjungi petugas kebersihan saat menjaga kebersihan di ajang ASIAN GAMES 2018, menjajal LRT dan MRT, meresmikan bus Transjakarta jenis baru, ikut meninjau Kali Krukut atau Kali item yang dibenahi secara cepat, ia sepertinya mendapat "nyawa" baru dan dukungan luar biasa dari banyak pihak, walaupun lagi-lagi yang dibuat dan diresmikannya itu tadi masih merupakan "sisa" perjuangan kepemimpinan masa sebelumnya.

Anies yang "enjoy" dengan itu semua, karena berbuah "pujian" yang nyata baik bentuk maupun dampaknya terlihat jelas ini, mulai "belajar" untuk mengarahkan Jakarta dari sisi pembangunan infrastruktur, jauh dengan targetnya saat masa kampanye yang akan diarahkan kepada INTEGRITAS dan TATA KELOLA MASYARAKAT.

Dimulai dari pembuatan instalasi bambu "GETIH GETAH" di Bundaran HI jelang ASIAN GAMES 2018, lalu berlanjut meneruskan pembuatan "penyerapan airsumur vertikal" yang dulu di jaman jokowi-ahok hanya disebut sumur resapan saja dan sejak dibuat tahun 2013 berjumlah 100.000 buah tersebar diseluruh wilayah ibukota, digenjot penambahannya karena menurut data memang terbukti mengurangi banjir. 

Pengerukan air dan membeton dinding sungai agar tidak terjadi erupsi, juga dilanjutkan dengan mengabaikan slogan "naturalisasi" yang merupakan tindakan "anti pembetonan" karena sebelumnya Anies menyebut air seharusnya akan diserap tanah, sehingga sebaiknya dinding sungai dibiarkan tidak dibeton. 

Kemudian pembuatan taman-taman bagi Masyarakat, yang sebelumnya memang gencar dibangun pemerintahan sebelumnya dengan nama RPTRA, walau 2 taman saja baru diselesaikan yakni TMB Skatepark Slipi (baca disini) dan TMB Piknik (baca disini) itupun sepertinya tidak maksimal, serta Taman Tebet yang akan direnovasi karena dianggap sudah "jadul".

Yang terbaru adalah peresmian JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) Senayan, GBK, dan Polda Metro, yang sebelumnya justru sangat direkomendasikan menggunakan 'Pelican Crossing', namun ternyata justru menambah titik kemacetan baru kendaraan dan menumpuknya penumpang yang mengantrea akan menyeberang di halte TransJakarta saat jam sibuk. 

Jika menurut perhitungan awal tim Anies-Sandi 3 JPO tadi akan menyerap dana APBN sebesar 53-56 Milyar rupiah, ternyata kali ini Anies mengikuti jejak Ahok dengan membangun tanpa penyerapan dana APBN, namun mengunakan dana dari konpensasi KLB (Koefisien Lantai Bangunan) perusahaan swasta di Jakarta, layaknya Ahok "memalak" dana serupa untuk membiayai revitalisasi Bundaran Semanggi.

Tangkapan Layar instagram @aniesbaswedan
Tangkapan Layar instagram @aniesbaswedan
Riuh rendah pujian dan sanjungan mengalir deras seiring Anies yang berkali-kali mengunggah foto-foto selfie dan kegiatan ia selama pembangunan hingga peresmian dan penggunaan JPO tadi untuk publik. Jelas terlihat rasa bangganya dari untaian kata ketika diwawancara media, serta kalimat-kalimat pengiring unggahan-unggahan tadi di media sosial pribadinya.

Belum terhitung ketika ia diberi kehormatan sebagai Gubernur DKI untuk memberi nama kereta MRT Jakarta dengan "RATANGGA", yang mendapat sambutan luar biasa, walau di proyek ini lagi-lagi ia hanya sebagai "pemanis" saja, dan seringkali ia juga mengunggah foto-foto saat "berkunjung" ke lokasi proyek, walau saat kampanye ia berujar "Jangan hanya pembangunan merupakan benda-benda mati yang indah di foto".

====

Tangkapan Layar instagram@aniesbaswedan
Tangkapan Layar instagram@aniesbaswedan
Jadi, kalau memang demikian...rasa rasanya, Anies saat inipun sedang berusaha mengikuti jejak-jejak pendahulunya untuk menjadi Firaun yang hanya bisa membangun bangunan, dan menjadi Firaun pencuri, yang kas APBDnya bersisa banyak karena dana yang digunakan adalaha hasil "malak", bukan karena berniat mencuri saat membuat anggaran. Bahwa pembangunan itu hanya ajang selfie, keindahan, kemegahan yang melalaikan dan tidak berdampak untuk masyarakat sepertinya sudah dibuang jauh-jauh.

Anies Baswedan, yang ternyata mampu berdiri sendiri tanpa pendamping ini, mulai merasakan bahwa ia suda menjadi manusia super, manusia kuat, manusia hebat, layaknya Firaun di Mesir. Ia tidak pernah mem"push" siapapun untuk segera mencarikan dirinya pendamping sebagai pembantu kerjanya. Ia sudah tidak peduli apa kata sekelilingnya mengenai penyerapan anggaran APBD, ia hanya ingin menjadi seperti pendahulunya yang membangun tanpa dana kas daerah. 

Ia ingin seperti pendahulunya yang bisa menjadi Firaun yang dicintai, Firaun yang mampu membuat Warga Jakarta bahagia, sejahtera, aman dan damai, sekaligus menjadikan kotanya indah, bagus, bisa membanggakan dibanding kota lainnya di Indonesia maupun dunia.

Selamat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun