Dan kalimat dengan redaksional sejenis pun diulangnya saat debat Cagub yang disiarkan langsung di TV Nasional beberapa hari kemudian dengan mengatakan "Firaun pencuri pun bisa dengan jujur menceritakan apa yang dikerjakannya," kata Anies di Hotel Bidakara Jakarta, tempat debat berlangsung.
Ada 2 hal yang menggelitik...Firaun dari dulu juga bisa kalau cuma membangun kota yang megah, serta Firaun Pencuri...apa maksudnya ya?
Pernyataan-pernyataan itu juga didukung oleh 2 orang lagi, yakni Amien Rais dan AA Gym, yang memang juga selalu hadir dalam perhelatan bersama Anies sejak demonstrasi-demonstrasi mengenai permasalahan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) yang saat itu disebut menistakan Agama karena berkomentar mengenai Al Quran Surat al Maidah ayat 51.
Amien Rais menyamakan peringai Ahok mirip dengan Firaun, Namrud, Goliath, dan kisah-kisah lain yang kita kenal sebagai Raja yang sombong dan congkak. Sedang Aa Gym menggambarkan Ahok adalah cerminan cerita Firaun yang sombong, Namrud si pembangun, dan Negeri Saba' yang tanpa korupsi sebagai negeri yang dipimpin oleh pemimpin yang menistakan agama Allah, hali ini sempat menjadi viral di berbagai sosial media dengan tulisannya.
====
Kini, setelah hampir 7 bulan memimpin Jakarta seorang diri dalam masa hampir 2 tahun memimpin Jakarta, Anies bergelimang Prestasi.
Namun sayang, prestasi-prestasi tadi lebih dominan merupakan "hasil" jerih payah kepemimpinan sebelumnya, sedangkan Anies hanya tinggal "panen" saja. Anies dinilai belum membangun apa-apa untuk Jakarta. Hal ini tak urung membuat Anies dan tim kerja Gubernur bekerja lebih keras untuk benar-benar menelurkan hasil "original" dari kepemimpinannya. Ternyata sulit menjadi Firaun pikir mereka.
Akhirnya, segala sesuatu "dikebut" untuk memastikan mengenai "karya original" tadi. Rumah DP NOL, akhirnya menjadi RUSUN DP NOL, walau dengan harga yang "beda tipis" dengan apartemen sederhana lain milik pengembang-pengembang swasta. Trotoar-trotoar yang belum semua dikerjakan terkait habisnya kerjasama CSR dengan Pemda masa sebelumnya, dikejar untuk dikerjakan "dengan nafas senen-kemis" yang memanfaatkan anggaran dan kemampuan SDM yang ada. Belum lagi penanganan mengenai PKL, Normalisasi Kali yang menjadi penyebab banjir, dan lain sebagainya, yang merupakan kunci-kunci pemasalahan sosial di DKI yang menjadi PR besar Jakarta.
Entah mengapa, Anies yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di kabinet Jokowi ini sepertinya keasyikan. Berbagai pujian di Twitter, Instagram miliknya saat ia mengunjungi petugas kebersihan saat menjaga kebersihan di ajang ASIAN GAMES 2018, menjajal LRT dan MRT, meresmikan bus Transjakarta jenis baru, ikut meninjau Kali Krukut atau Kali item yang dibenahi secara cepat, ia sepertinya mendapat "nyawa" baru dan dukungan luar biasa dari banyak pihak, walaupun lagi-lagi yang dibuat dan diresmikannya itu tadi masih merupakan "sisa" perjuangan kepemimpinan masa sebelumnya.
Anies yang "enjoy" dengan itu semua, karena berbuah "pujian" yang nyata baik bentuk maupun dampaknya terlihat jelas ini, mulai "belajar" untuk mengarahkan Jakarta dari sisi pembangunan infrastruktur, jauh dengan targetnya saat masa kampanye yang akan diarahkan kepada INTEGRITAS dan TATA KELOLA MASYARAKAT.
Pengerukan air dan membeton dinding sungai agar tidak terjadi erupsi, juga dilanjutkan dengan mengabaikan slogan "naturalisasi" yang merupakan tindakan "anti pembetonan" karena sebelumnya Anies menyebut air seharusnya akan diserap tanah, sehingga sebaiknya dinding sungai dibiarkan tidak dibeton.Â