Sayangnya, pohon-pohon tadi kami ukur tingginya baru 3 jengkal orang dewasa, dan beberapa diantaranya terlihat patah dan mati.
====
Tidak sampai seperempat taman kami berjalan, kami baru sadar bahwa ketiadaannya pohon besar untuk kami bisa duduk-duduk untuk menggelar tikar dan membuka makanan dan minuman yang sudah kami bawa dari rumah, layaknya orang Indonesia memaknai kata "piknik". Terlebih juga tulisan "dilarang menginjak rumput" yang disebar dimana-mana , sepertinya justru mensiratkan warga untuk tidak "berpiknik" diatasnya.
Hanya saja, ketika mendekati area tadi yang lebih tinggi sekitar 1,5-2 meter dari track pejalan kaki, kami sedikit kebingungan untuk naik keatas, karena hanya tersedia 2 perosotan sebagai koneksi antara track pejalan kaki dengan area bermain.
Tidak tersedia tangga untuk naik ke area bermain anak membuat seorang ibu yang sedang hamil awalnya membiarkan anaknya naik ke area bermain sendiri dengan memanjat "wahana panjat" disisi perosotan. Sulit sekali untuk ibu hamil tadi hingga akhirnya bisa mencapai area bermain anak.
Agak sedikit aneh, ketika ketiadaan tangga disini. Anak kecil yang akan bermain dan perlu diawasi orang tuanya ini, harus berhadapan dengan kondisi perosotan yang licin dan larangan menginjak rumput.Â
Karena untuk naik lewat wahana panjat sekalipun, PASTI HARUS MENGINJAK RUMPUT begitupun posisi perosotan kedua yang langsung turun menuju area rumput, karena hanya 1 perosotan saja yang terkoneksi dengan track pejalan kaki. Agaknya desainer lanscape taman ini lupa, atau kontraktor pengerjaan taman yang agak missed saat pembangunan taman. Entahlah.
Tanpa ba-bi-bu, kamipun menggelar tikar dan makanan yang sudah kami bawa dari rumah, yang tidak lama, apa yang kami lakukan juga diikuti oleh pengunjung lain yang sepertinya juga sudah muter-muter mencari spot makan bersama yang cukup teduh dan nyaman, namun tidak ketemu.