Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Deklarasi Alumni Trisakti, Tak akan Khianati Reformasi

10 Februari 2019   08:20 Diperbarui: 10 Februari 2019   11:31 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok pemimpin kami, adalah sosok yang tegas dan berani walau bukan lahir dari barak militer. 

Kami trauma dengan sosok militer, sosok yang keras, sosok yang angkuh, sosok yang merasa berkuasa, sehingga akan timbul jarak, rasa takut, dan rasa tidak nyman antara rakyat dan pemimpinnya.

Arsip Kompas
Arsip Kompas
20 tahun lalu, sosok militer, sosok merasa kuat dan berkuasa itu kami tumbangkan bersama dengan seluruh rekan kami dari seluruh kampus di tanah air. Bersama dengan ibu-ibu dan rakyat yang setia membuat dapur umum untuk kami setiap kali kami melakukan aksi unjuk rasa.

Sosok pemimpin kami, adalah sosok yang tidak populis, sosok yang berani membuat keputusan yang membuat diri pemipimpin kami akan menjadi bahan hinaan lawan politik, menjadikan pemimpin kami terihat rendah dalam menegakkan kepentingan rakyatnya.

Kami trauma dengan sosok yang bertopeng, sosok yang penuh wajah manis, padahal dibelakang itu semua darah rakyat dihisap, rakyat dimanja dengan subsidi, padahal sejumlah uang negara pindah ke rekening-rekening pribadi.

Arsip Kompas
Arsip Kompas
20 tahun lalu, sosok gurita itu, kami tumbangkan bersama dengan seluruh rekan kami dari seluruh kampus di tanah air. Bersama dengan ibu-ibu dan rakyat yang setia membuat dapur umum untuk kami setiap kali kami melakukan aksi unjuk rasa.

Sosok pemimpin kami, adalah sosok yang rendah hati, lekat dengan rakyat, mau turun dan berdiskusi langsung untuk mendengar permasalahan real yang terjadi.

Kami trauma dengan sosok yang segalanya sudah dipersiapkan, segalanya sudah tinggal ketok palu, dan segalanya sudah tidak bisa diganggu gugat lagi.

20 tahun lalu, sosok semua harus beres itu, kami tumbangkan bersama dengan seluruh rekan kami dari seluruh kampus di tanah air. Bersama dengan ibu-ibu dan rakyat yang setia membuat dapur umum untuk kami setiap kali kami melakukan aksi unjuk rasa.

Arsip Kompas
Arsip Kompas
Sosok pemimpin kami itu, adalah sosok yang punya visi dan misi untuk membangun bangsa, sosk yang punye rencana besar untuk bangsa, bukan hanya untuk membesarkan keluarga atau kelompoknya sendiri.

Kami trauma dengan sosok yang punya REPELITA, padahal isinya adalah sepenuhnya memakmurkan keluarga dan orang-orang disekitarnya saja.

20 tahun lalu, sosok dengan visi misi keluarga dan kerabat itu, kami tumbangkan bersama dengan seluruh rekan kami dari seluruh kampus di tanah air. Bersama dengan ibu-ibu dan rakyat yang setia membuat dapur umum untuk kami setiap kali kami melakukan aksi unjuk rasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun