Setelah menunggu sekitar 10-15 menit, kami sagat menikmati desain ruangan yang bertema Industrial. Pengguunaan bata exposed, drum-drum, meja-meja besi, dll memanjakan mata pengunjung yang terbiasa melihat desain-desain interior mall yang mewah, atau keseharian mereka di rumah, selain tentunya kesan minimalis dan nyentrik tentunya, belum lagi grafitty-grafitty di dinding "naked wall" serta beberapa monitor cukup besar yang menampilkan foto-foto keseluruhan menu yang mereka miliki.
Kepraktisan yang menjadi kunci mengapa piring ini makin banyak digunakan di restoran tentunya selain tidak akan pecah kalau jatuh, juga irit dalam maintenance, tidak perlu dicuci, tidak berat dan repot saat dibawa dalam jumlah banyak di tangan, serta mudah dalam penyimpanan.
Keunikan berikutnya adalah, pizza ini disajikan dalam kondisi terbungkus, yang penutupnya menggunakan food paper yang direkatkan dengan fancy cellotape. kita bisa tahu isinya apa, dari coretan pulpen kokinya, di sudut atas kertas food paper tadi. Hm...udah kayak ngasih surprise aja yah pake ditutup-tutup segala.
Ya, inilah bentuk pizza ini disebut CALZONE PIZZA, atau pizza lipat atau pizza celana. Dari sinilah nama Panties tadi berasal. Bukan karena pelayannya menggunakan celana gemas, tapi karena bentuk pizzanya yang mengikuti jenis pizza dan memang mirip dengan bentuk celana (dalam).
Jenis pizza yang bukan "karangan" baru, namun memang jenis pizza yang juga berasal dari italia, namun memang belum lazim dan belum ada yang membawa ke Indonesia sebelumnya untuk diperkenalkan sebagai salah satu jenis pizza...
Kami pun langsung mencoba, dan benar saja...lelehannya sangat tebal dan rapat. Kami masing-masing coba seberapa "jauh" lelehan ini bertahan. WOW bisa ditarik ham pir 1,5 meter baru putus !!! Panas, lelehan pizza yang tebal...GILA INI.
Sampai akhirnya, satu per satu kami coba, pizza dengan daging, salami, tuna, BBQ meat...semua enak di lidah, 4 potong masing-masing porsi pizza memanjakan lidah kami.
Pizza Hari Ulang Tahun yang biasa kami sambangi, kali ini punya saingan berat, karena jujur saja, pizza kartu Gaple yang sudah hadir kurang mendapat tempat di lidah kami sekeluarga, walau sudah mencoba beberapa kali dengan menu berbeda.