Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Jak Lingko, Nama Baru Masalah Lama Transportasi Ibukota

5 Februari 2019   02:34 Diperbarui: 26 Maret 2019   09:24 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Saya pribadi, sudah mencoba langsung menggunakan baik saat masih bernama OK OTrip, dan saat berganti nama menjadi Jak Lingko. Trayek yang saya coba adalah trayek OK-4 (dahulu KWK 036) rute Grogol-Tubagus Angke, yang melintas bukan di jalan protokol, namun masuk ke wilayah lingkungan menembus jelambar, wijaya kusuma, dan grogol tentunya.
Oh ya, Jalur OK OTrip sendiri belum menyeluruh, jalur trayek yang sudah tersedia saat ini adalah :

1. OK 1 dengan rute Tanjung Priok-Plumpang
2. OK 2 dengan rute Kp Melayu-Duren Sawit
3. OK 3 dengan rute Lebak Bulus-Pondok Labu
4. OK 4 dengan rute Grogol-Tubagus Angke
5. OK 5 dengan rute Semper-Rorotan
6. OK 6 dengan rute Kp Rambutan-Pondok Gede
7. OK 7 dengan rute Grogol-Tanah Abang
8. OK 8 dengan rute Roxy-Bendungan Hilir
9. OK 9 dengan rute Roxymas-Karet
10. OK 10 dengan rute Tanah Abang-Kota
11. OK 11 dengan rute Tanah Abang-Kemayoran Lama
12. OK 12 dengan rute Tanah Abang-Kebayoran Lama
13. OK 13 dengan rute Tanah Abang-Jembatan Lima
14. OK 14 dengan rute Tanah Abang-Meruya Ilir
15. OK 15 dengan rute Tanjung Priok-Bulak Turi
16. OK 16 dengan rute PGC-Condet
17. OK 17 dengan rute Terminal Senen-Terminal Pulogadung
18. OK 18 dengan rute Pasar Minggu-Manggarai
19. OK 19 dengan rute Pinang Ranti-Setu
20. OK 20 dengan rute Korosono-Cipinang Permata
21. OK 21 dengan rute Maphilindo-Dewi Sartika
22. OK 22 dengan rute Dwikora Raya-Pandjaitan
23. OK 23 dengan rute Senen-Kampung Melayu
24. OK 24 dengan rute Senen-Pulogadung
25. OK 25 dengan rute Kalisari-Pasar Rebo
26. OK 26 dengan rute Kalimalang-Rawamangun
27. OK 27 dengan rute Pulogadung-Rorotan
28. OK 28 dengan rute Pasar Rebo-Taman Wiladatika
29. OK 29 dengan rute Semper-Tanjung Priok
30. OK 30 dengan rute Meruya-Citraland
31. OK 31 dengan rute Pondok Labu-Blok M
32. OK 32 dengan rute Lebak Bulus-Petukangan Utara
33. OK 33 dengan rute Pulogadung-Kota

dokpri
dokpri
Saat berkendara dengan OK Otrip (baca : Jak Lingko), proses men-tap seperti dihalang-halangi pengemudi. Mereka lebih memilih menggunakan "cash", dengan menanyakan "gak pake uang saja mas?" kepada saya saat memberikan kartu untuk di tap di dashboard penumpang depan. Dan memang saat "menikmati" perjalanan pun, hampir keseleruhan penumpang memilih menggunakan uang yang langsung diterima oleh pengemudi tadi. Sayapun yang penasaran bertanya kenapa menggunakan uang, dibanding dengan menggunakan kartu yang sebenarnya juga akan mereka terima uangnya nanti. Jawabannya sangat singkat saat itu yang saya terima..."belum jelas mas kedepannya kayak apa ini program, jadi mending terima uang cash, saya kan habis ini makan bayar langsung cash ke warteg". Beberapa penumpangpun yang sempat saya ajak ngobrol menuturkan penggunaan uang sebagai alat pembayaran dinilai sangat mudah dan sudah terbiasa, iming-iming GRATIS dan hanya bayar 3500 rupiah jika meneruskan perjalanan menggunakan bus Trans Jakarta tidak terlalu menggiurkan karena mereka kesulitan mendapatkan kartu OK Otrip atau Jak Lingko yang harus di beli di halte-halte Trans Jakarta, yang artinya harus naik tangga atau jalan jauh menuju loket penjualan. Terlebih Angkot yang mereka gunakan hanya sebatas angkutan dalam lingkungan saja yang berjarak dekat tempat tinggal.

dokpri
dokpri
Hm...ya mungkin memang ini kendala di lapangan, ketika hasil riset yang dikumpulkan saat uji coba OK OTrip sebelumnya mungkin belum sempurna atau mungkin malah terlewat karena metode yang digunakan tidak sesuai, mungkin lho ya...mungkin.

====

website trans jakarta
website trans jakarta

Jadi, sepertinya masih banyak PR untuk membenahi ini semua. Setelah Stiker OK OTrip yang kemudian harus dikelupas dan dibuang lalu digantikan Stiker JAK Lingko dengan promo yang SAMA PERSIS, GRATIS naik Angkot dan cukup membayar 3500-5000 rupiah jika meneruskan perjalanan dengan bus Trans Jakarta, membeli kartu baru Jak Lingko seharga 10.000 rupiah dibanding menukarkan secara gratis kartu OK OTrip (beda dengan proses penggantian kartu langganan KRL yang GRATIS ketika berubah kartu jenis baru), entah bagaimana lagi kedepannya gubernur Anies Baswedan akan berusaha mengintegrasikan keseluruhan Moda Transportasi Publik di Jakarta, yang dalam waktu dekat akan hadir MRT (Mass Rapid Transport), LRT (Light Rapid Transport), dan KRL (Commuter Line) yang sudah lebih dulu menjadi andalan, sedangkan TransJakarta saja belum "dipegang" sama sekali saat ini.
Akankah beliau menunggu "pasangan" barunya yang masih kisruh di level partai pendukung? Atau menunggu "nasib" pilpres 2019 ? Atau sebetulnya sudah ada strategi mumpuni yang disiapkan, kita sebagai warga DKI tinggal menunggu saja gebrakan fantastisnya?

Cuma waktu yang bisa menjawab. Yang penting, jangan sampai Nama baru (lagi), tapi masalah (tetap) sama kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun