Hai Tayo, hai Tayo, dia bis kecil ramah
Dengan teman di sisinya, semua senyum ceria
Indahnya hari ini, mari bergembiraaaaaaaa....
capture2-jpg-5c371d406ddcae7bca797b32.jpg
capture3-jpg-5c371d516ddcae7be9389912.jpg
capture4-jpg-5c371d5b6ddcae7250329ebb.jpg
capture6-jpg-5c371cc0bde575013310f9c7.jpg
capture7-jpg-5c371d6c43322f7584395843.jpg
Nah...jelas kan ya? Penambahan kata "HEY" justru setelah diadaptasi ke Indonesia. Mungkin agak gak enak ditelingan kita, kalau Tayo sampai diulang 4x, makanya akhirnya dimodifikasi menjadi "
Hey Tayo" sehingga lebih enak dan bersahabat di telinga kita.
Lalu, kalau gitu, gimana ya? Hey itu bahasa Indonesia kan ungkapan memanggil, dan Tayo merupakan objek yang dipanggil itu kan? Kenapa bisa jadi Aku Yahudi ya?
tayo-5c371cde677ffb43770206d4.jpg
Ah, sedih jadinya kalau ingat ini jadi ingat kondisi bangsa kita yang sekarang semua bisa dijadikan fitnah atau
hoax. Dan para pengikut-pengikut orang terhormat dan terpercaya inipun masih manut dan menelan bulat-bulat semua hal yang dilempar ke mereka, entah malas atau berat untuk mencari fakta atas segala hal yang dilempar tadi...
Padahal, jika mereka sadar diri kalau mereka muslim, maka perintah IQRO' adalah kunci bagi ummat ini untuk bangkit.
Salam sedih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya