Politik itu Suci: Mungkinkah? Mengungkap Kontroversi di Balik Pernyataan Sabam Sirait
Politik sering kali dipandang dengan skeptisisme dan kecurigaan, terutama dalam era modern di mana berita korupsi dan skandal politik seakan menjadi makanan sehari-hari. Namun, dalam bukunya yang berjudul "Politik itu Suci", Sabam Sirait menawarkan perspektif yang berani dan kontroversial, menantang kita untuk melihat politik dari sudut pandang yang berbeda. Tapi, mungkinkah politik benar-benar suci? Mari kita bahas dengan alasan-alasan dan pendapat para ahli.
1. Definisi Politik yang Suci Menurut Sabam Sirait
Sabam Sirait memulai dengan argumen bahwa politik adalah alat untuk mencapai kesejahteraan bersama dan memajukan masyarakat. Ia menekankan bahwa dalam hakikatnya, politik bertujuan untuk melayani rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Jika dijalankan dengan integritas dan moralitas tinggi, politik bisa menjadi sarana yang suci untuk mencapai keadilan sosial dan kesejahteraan.
2. Pandangan Para Ahli: Politik sebagai Seni dan Etika
Beberapa ahli filsafat politik mendukung pandangan Sabam Sirait dengan berbagai alasan:
Aristoteles dalam bukunya Politics menyatakan bahwa politik adalah seni tertinggi yang bertujuan untuk mencapai kebaikan tertinggi. Menurutnya, politik adalah alat untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.
Immanuel Kant dalam Perpetual Peace: A Philosophical Sketch mengusulkan bahwa politik harus didasarkan pada prinsip moral universal. Bagi Kant, politik yang sejati harus mengutamakan moralitas dan etika.
3. Kritik dan Skeptisisme: Realitas Praktik Politik
Namun, tidak semua setuju dengan pandangan idealis ini. Kritik datang dari berbagai pihak yang menyoroti praktik politik yang kerap kali jauh dari kesucian: